Mams, setelah melahirkan si Kecil, beberapa Mama mengalami berbagai perubahan pada tubuh Mama. Salah satunya perubahan pada payudara yang akan membesar sejak kehamilan sebagai bentuk persiapan tubuh Mama untuk menyusui si Kecil. Terkadang perubahan pada payudara ini juga disertai beberapa masalah, diantaranya munculnya benjolan di payudara saat menyusui atau mengalami pembengkakan pada payudara.
Mungkin Mama ragu apakah ini merupakan hal yang normal atau sesuatu yang berbahaya. Yuk simak lebih lanjut penjelasan mengenai benjolan di payudara saat menyusui !
Perubahan Pada Payudara Mama Saat Hamil dan Menyusui
Bagian utama payudara merupakan jaringan lemak, serta memiliki gelembung yang dinamakan lobus. Masing – masing payudara terdiri dari 15-20 lobus yang terdiri dari beberapa lobulus, dimana terdapat sel penghasil air susu dan saluran penyalur air susu (dinamakan duktus). Masing – masing lobulus memiliki saluran utama yang mengarah pada puting susu. Jadi sebagian besar komponen payudara adalah merupakan lemak dan kelenjar serta saluran air susu.
Perubahan payudara saat hamil tentunya hal yang wajar. Perubahan pada payudara saat kehamilan adalah salah satu bentuk persiapan untuk menyusui sang bayi yang akan lahir. Perubahan ini disebabkan karena peningkatan hormon esterogen, progesteron dan prolaktin. Pada akhir kehamilan, puting susu Mama akan bertambah besar dan payudara bertambah besar karena pembesaran sel kelenjar penghasil susu.
Seringkali perubahan ini diiringi munculnya keluhan-keluhan sepertinya benjolan di payudara, bengkak, sumbatan ASI.
Baca Juga: Atasi Payudara Bengkak Karena Tersumbatnya Saluran ASI
Apa Saja Jenis- Jenis Benjolan di Payudara Saat Menyusui & Ibu Hamil ?
Benjolan di payudara saat kehamilan dan menyusui umumnya jinak. Menurut jurnal JMRC, tahun 2012, terdapat sekitar 85 persen benjolan yang ditemukan pada wanita hamil dan menyusui bersifat jinak. Namun benjolan pada Mama bisa berbeda-beda penyebab serta jenisnya.
Umumnya benjolan yang seringkali ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Fibroadenoma (berisi jaringan ikat fibrosa)
Apabila fibroadenoma itu telah ada sebelum kehamilan, maka fibroadenoma itu akan dapat membesar saat hamil. Fibroadenoma sering disebut sebagai FAM (Fibro Adenoma Mamae). Bentuknya bulat dan padat, terbentuk dari jaringan ikat fibrosa dan glandula (adenoma). FAM ini banyak terdapat pada wanita usia belasan dan awal dua puluh tahunan, jinak, biasanya tidak nyeri, dapat diraba oleh diri sendiri. Namun meskipun jinak, FAM ini dapat membesar seiring kehamilan dan masa menyusui.
2. Kista (gelembung berisi cairan)
Kista merupakan gelembung berisi cairan, umumnya terdapat pada wanita usia 35-50 tahun. Dapat membesar dan terasa nyeri saat menjelang menstruasi. Biasanya mengenai kedua belah payudara. Kista ini jarang berkaitan dengan kanker kecuali bila berisikan cairan darah atau usianya lebih dari 55 tahun.
3. Nekrosis lemak
Terjadi karena jaringan lemak yang rusak/robek karena ukuran payudara terlalu besar. Bisa juga terjadi karena benturan / memar pada payudara sebelumnya sehingga kulit diatasnya tampak memar /kemerahan.
4. Galaktokel (kista berisi cairan susu)
Kasus ini banyak terjadi pada 8 bulan pertama masa menyusui. Dapat terjadi karena penghentian ASI tiba – tiba sehingga asi menumpuk, tersumbat dan membentuk kista.
5. Mastitis
Benjolan ini terjadi karena infeksi pada saluran air susu mama, bisa karena salah posisi menyusui sehingga puting susu lecet dan menjadi terinfeksi. Pembengkakan karena mastitis bersifat nyeri, kemerahan dan dapat terjadi keluar nanah. Penanganannya berupa pembersihan luka, pemberian antibiotik dan pereda rasa sakit dan kompres dingin.
Bila hal ini terjadi pada mama, sebaiknya ASI yang dihasilkan payudara yang terinfeksi tetap diperah namun harus dibuang / tidak diberikan pada adik bayi.
Baca Juga: Apa Itu Penyakit Mastitis? Apakah Berbahaya Bagi Mama Menyusui?
Apakah Berbahaya Bila Ada Benjolan di Payudara Saat Menyusui?
Bila timbul benjolan pada payudara, dari gejala yang sudah dijelaskan diatas, mama dapat mengira jenis benjolan yang dialami. Perlu dinilai apakah benjolannya itu timbul sejak sebelum hamil ataukah saat hamil atau setelah melahirkan. Bahaya atau tidaknya benjolan di payudara saat hamil dan menyusui tentunya sangat dipengaruhi oleh penyebabnya.
Biasanya benjolan yang tidak berbahaya akan terasa saat disentuh (biasanya terasa seperti kelereng) dan bergeser dibawah lapisan kulit, muncul dan menghilang di sekitar siklus menstruasi, bisa terasa sakit atau tidak terasa sama sekali dan pertumbuhannya stagnan / lambat.
Meski umumnya benjolan saat menyusui ini jinak dan tidak beresiko membahayakan, namunMama harus tetap waspada dan melakukan pemeriksaan rutin. Karena kanker payudara merupakan salah satu kanker yang banyak menyebabkan kematian wanita, terutama wanita usia 35-54 tahun. Adanya benjolan pada wanita usia subur yang mengalami kehamilan ataupun sedang menyusui, tidak boleh disepelekan.
Baca Juga: ASI Hanya Keluar Di Satu Payudara! Gimana Cara Mengatasinya?
Apa Yang Harus Dilakukan Bila Ada Benjolan di Payudara Saat Menyusui?
Adanya benjolan pada payudara wanita hamil perlu dipantau selama kehamilan dan setelah persalinan (postpartum). Karena umumnya benjolan yang jinak akan mengecil dengan sendirinya.
Begitupun benjolan yang muncul akibat adanya sumbatan ASI, umumnya akan berangsur hilang setelah ASI lancar dikeluarkan. Pengompresan dengan air dingin dapat membantu meredakan benjolan akibat infeksi pada payudara (mastitis).
Biasanya dokter akan menilai dari bentuk, kesimetrisan benjolan (dibandingkan apakah benjolan hanya pada satu payudara ataukah terdapat di kedua payudara), kecepatan pembesarannya serta permukaan kulit diatas benjolan itu.
Ada beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi jenis benjolan di payudara:
- Mama bisa melakukan pemeriksaan awal dengan USG untuk membantu mengarahkan diagnosa jenis benjolan yang dialami.
- Pemeriksaan mamografi dilakukan bila diagnosa kanker payudara sudah ditemukan untuk menilai sejauh mana penyebarannya dan menilai payudara sebelahnya.
- Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Citology (FNAC) dan biopsi payudara merupakan tindakan pemeriksaan yang lebih cepat namun bersifat invasif karena mengambil sampel jaringan pada benjolan payudara.
Pemeriksaan yang paling aman untuk ibu hamil dan menyusui adalah USG mamae, namun sensitifitasnya kurang dibandingkan dengan FNAC yang memang lebih bersifat invasif. Pemeriksaan mamografi lebih digunakan bila dokter menduga benjolan tersebut ganas, namun kurang aman bagi ibu hamil.
Baca Juga: Ayo Cari Tahu! Pemeriksaan Kehamilan Penting Bagi Mama
Seperti Apa Benjolan Payudara Yang Harus diwaspadai?
Benjolan yang dicurigai ganas biasanya memiliki ciri-ciri berikut:
• Melekat dengan jaringan sekitarnya seperti dinding dada atau kulit
• Bengkak / penebalan pada kulit payudara
• Membesar tanpa regresi
• Retraksi putting (putting tertarik ke dalam kulit)
• Pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak
• Puting mengeluarkan darah yang disertai adanya benjolan.
Baca Juga: Waspada! Kanker Payudara bisa Menyerang Siapa saja
Apa yang Harus Dilakukan Untuk Mencegah Adanya Benjolan Yang Berbahaya?
Tentunya untuk mencegah adanya benjolan berbahaya dimulai dari menjaga pola hidup sehat. Mama juga perlu melakukan pemeriksaan rutin. Deteksi dini adanya benjolan di payudara dapat dilakukan dengan teknik SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI). Sekitar 90 % gejala kanker payudara dapat terdeteksi lebih dini dengan teknik ini. Semakin dini kanker terdeteksi, semakin baik prognosis ke depannya.
Mama bisa mencoba pemeriksaan seperti berikut ini:
Nah Mams, tentunya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Mama harus rutin melakukan pemeriksaan. Baik itu pemeriksaan sendiri maupun oleh dokter.
Baca Juga: Posisi Menyusui Dan Perlekatan Yang Benar Agar Puting Tidak Lecet