Di artikel sebelumnya sempat disinggung mengenai tips mendidik anak generasi Alpha. Generasi alpha merupakan anak yang lahir mulai di tahun 2010. Generasi ini lahir di tengah canggihnya teknologi. Hal ini tentu merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua.
Pada tanggal 19 Januari 2020 lalu, Mamapapa.id mengadakan webinar yang menghadirkan narasumber seorang Psikologi, Yuvita Wijaya M.Psi. Webinar kali ini bertema “Punya Anak Generasi Alpha? Cara Mendidik Apa yang Efektif?”, menarik bukan? Apa saja yang dibahas dalam webnar tersebut? Yuk simak selengkapnya.
Cara Mendidik Anak Generasi Alpha
Pola Asuh yang Tepat untuk Anak Generasi Alpha
Pola asuh yang tepat untuk generasi alpha adalah positif parenting. Ini merupakan tipe pengasuhan yang menekankan bahwa anak itu adalah manusia. Anak juga punya perasaan dan pemikiran yang harus dihargai oleh orang tuanya.
Jadi, ketika orang tua ingin membuat anak-anaknya Well behaved, hal tersebut bukan dilakukan dengan cara yang membuat anak menderita. Seperti contohnya membuat anak-anak menjadi kapok dengan asumsi bahwa rasa kapok akan membuat anak menjadi nurut dengan orang tuanya.
Baca Juga: Marak Video Tiktok Lucu dan Kreatif, Amankah Tiktok untuk Anak?
-
Bukan sekadar reward dan punishment
Menurut Yuvita, Positive Parenting bukan hanya sekadar reward dan punishment. Misalnya, ada kakak yang berebut mainan dengan adiknya, hal ini tidak berarti si kakak jahat karena tidak mau sharing. Mungkin saja, hal tersebut terjadi karena si kakak belum mengerti caranya sharing.
Disinilah peran orang tua dalam mendisiplinkan atau mengajarkan cara untuk sharing dengan adik itu yang benar seperti apa. Itulah yang harus dididik di generasi Alpha. Jadi, bukan hanya sekedar reward dan punishment ya Mams, tapi mereka juga harus mengetahui alasan dari melakukan dan meninggalkan sesuatu yang akan dilakukannya.
-
Melakukan pola asuh otoritatis
Ada 4 macam pola asuh, yakni:
- Otoritatif (seimbang antara tuntutan dan dukungan)
- Otoriter (tinggi tuntutan namun tidak ada dukungan)
- Permisif (rendah tuntutan namun tinggi dukungan)
- Neglectful (tidak ada tuntutan maupun dukungan)
Pada generasi Alpha ini, pola asuh otoritatis dinilai paling efektif. Pada pola asuh otoritatis, orang tua akan lebih demokratis dan mendukung Si Kecil. Namun, bukan berarti orang tua tidak memiliki tuntutan terhadap anak-anaknya.
Mereka punya tuntutan dan target terhadap anak-anak dengan pemberian support yang juga tinggi. Misalnya, Si Kecil didapati mengalami kesulitan dalam hal belajar di sekolah.
Pola pengasuhan otoritatif tidak menerapkan orang tua yang hanya marah-marah lalu membuat goals kepada anak. Melainkan, orang tua akan bertanya kepada anaknya mengenai kesulitan apa yang anaknya rasakan.
Baca Juga: Waspada, Pola Asuh Orang Tua yang Membuat Anak Menjadi LGBT!
Tipe otoritatif akan memberikan dukungan penuh dan jalan keluar dari setiap hambatan yang dialami Si Kecil. Dengan demikian, Si Kecil akan terbantu dalam menyelesaikan hambatannya dan kembali semangat.
-
Coba bandingkan dengan pola asuh otoriter
Pola asuh yang satu ini berlandaskan dengan tuntutan tinggi namun support rendah dari orang tua terhadap anak. Serupa dalam kata namun berbeda arti dengan tipe pola asuh otoritatif, terlihat sekali bukan pebedaannya?
Contoh kasus, Si Kecil mengalami kesulitan belajar. Namun orang tua tidak mau tahu dan hanya terus menuntut tanpa adanya dukungan dan pemberian semangat kepada anak. Pola asuh otoriter biasanya ditandai dengan kalimat “mama nggak mau tahu ya….”. Pola asuh ini tidak cocok dengan generasi Alpha.
Tips Mendidik Anak Generasi Alpha
-
Membangun koneksi 30 menit yang berkualitas dengan anak setiap hari
Bagi ibu yang memilih unntuk tetap bekerja, jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang diluar kemampuan tubuh. Misalnya seperti membimbing anak dalam belajar. Mungkin terlihat baik, namun sebagian working mom mengaku setres ketika tubuhnya yang lelah harus berhadapan dengan mata pelajaran Si Kecil.
Solusinya, Mams bisa hadirkan guru les untuk tetap mendukung proses belajar Si Kecil. Namun, Mams juga harus menyediakan waktu bercengrama dengan Si Kecil. Jadwalkan setidaknya 30 menit setiap hari, pentingkanlah kualitas kebersamaan, tidak perlu mewah, dan hanya saja perlu rutin juga menyenangkan.
Baca Juga: Pola Asuh Anak Berbeda Dengan Mertua? Atasi Segera!
Mams bisa mengajaknya bercerita tentang hari-hari yang dilewatinya, teman-teman sekolahnya, hingga hal-hal yang membuatnya kesal di hari tersebut. Mams juga bisa menjelaskan mengenai solusi ketika Si Kecil sedang merasa kesal dengan temannya.
-
Mengajarkan bersyukur
Banyak anak-anak yang sudah memiliki teknologi canggih yang mungkin lebih canggih dari temannya. Hal ini terkadang membuat anak menjadi bangga dan akhirnya menjadi mudah pamer di hadapan temannya mengenai segala fasilitas yang Mams beri.
-
Mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari belajar
Bukan untuk langsung dimarahi, Mampaps sebisa mungkin memberi pengertian dan pengarahan agar anak tidak mengulangi kesalahannya lagi.
-
Tidak mudah memberikan apa yang anak minta
Mengubah generasi Alpha menjadi mandiri memang perlu perjuangan ekstra. Meskipun demikian, hal ini tetap perlu dibiasakan agar anak merasakan yang namanya tanggung jawab dan berusaha. Tips mendidik anak ini memang harus diterapkan di semua generasi ya Mams.
Batasan Mendidik Anak Generasi Alpha
Membatasi anak dalam bermain gadget merupakan hal yang sangat penting di tengah canggihnya teknologi. Menurut Yuvita, bagaimanapun mereka masih anak-anak. Di mana yang memiliki otoritas masih orang tua serta yang memberikan fasilitas adalah orang tua. Jadi, bagaimanapun anak jangan sampai ketergantungan gadget, Mams bisa mengalihkannya ke mainan lain.
Untuk anak 0-2 tahun sebaiknya tidak diberikan gadget sama sekali. Sedangkan untuk 2 – 5 tahun boleh diberikan gadget sekitar 30 menit selama satu hari. Namun hal tersebut juga tetap perlul pengawasan dari Mampaps terkait konten apa yang sedang ditonton oleh Si Kecil.
Baca Juga: Pola Pengasuhan Anak dengan Metode Organic Parenting
Untuk anak usia SD, sebaiknya diatur dalam bermain gadget. So, kita sebagai orang tua bisa menjadwalkannya saat weekend saja. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan belajar anak.