Adanya pandemi COVID-19 membuat perubahan di berbagai bidang kehidupan. Salah satunya di bidang pendidikan yang mengharuskan siswa belajar dari rumah dengan sistem online. Disamaratakan, anak berkebutuhan khusus (ABK) pun harus mengalami belajar dengan sistem yang sama. Perubahan tersebut membuat orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus harus ekstra berjuang dalam mendampingi Si Kecil belajar online.
Tak sedikit orang tua yang kesulitan dalam hal mendampingi anak berkebutuhan khusus belajar dengan sistem online. Mereka kesulitan dalam mengontrol mood anak untuk tetap mau belajar meskipun dari rumah. Terlebih lagi ia tidak melihat sosok guru yang biasa membingnya setiap hari layaknya di sekolah. Lantas, bagaimanakah kiat sukses untuk mendampingi ABK belajar online saat pandemi? Yuk simak selengkapnya, Mams!
Belajar Online ABK Saat Pandemi
Kebanyakan orang tua di masa pandemi ini merasa kesulitan terkait dampingi anak belajar secara online dari rumah. Terlebih lagi bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, perkara gizi, tumbuh kembang, dan hal penting lain terkait Si Kecil sudah banyak menyita waktu dan pikirannya. Ditambah lagi harus mendampingi Si Kecil layaknya guru dengan penuh kesabaran dan mencapai target dalam hal kemampuan anak.
Sayangnya, anak sudah tertanam bahwa kegiatan belajar hanya dilakukan di sekolah. Hal ini membuat anak berkebutuhan khusus cukup sulit kooperatif ketika pembelajaran harus dilakukan secara online. Dalam hal ini, orang tua harus meciptakan cara baru untuk membuat mood anak stabil dan mudah menerima informasi dari apa yang didengarnya.
Baca Juga: Bagaimana Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus?
Kendala Belajar Online Bagi ABK
- Anak menganggap rumah bukanlah tempat belajar. Sekolah dengan didampingi guru pendamping serta lengkap dengan seragam membuat anak tidak terbiasa melakukan belajar dengan sistem online. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya tidak mau belajar kecuali di ruang kelas. Awalnya pasti sulit, namun jika disiplin dalam melakukan pembiasaan, biasanya anak akan mengikuti polanya sendiri.
- Tidak menganggap orang tua sebagai guru mereka. Sikap anak terhadap guru berbeda dengan sikapnnya terhadap orang tua. Biasanya, anak lebih “berani” menolak perintah orang tua karena merasa tidak ada acaman seperti dikeluarkan dari sekolah. Hal ini juga menjadi kendala besar yang dialami kebanyakan orang tua. Menggunakan pakaian layaknya guru mengin akan meningkatkan semangat belajar pada anak.
- Orang tua tidak memiliki gadget. Di dalam kegiatan belajar online, gadget menjadi hal yang penting. Namun tidak semua orang tua memiliki gadget serta memiliki pengetahuan mengenai cara belajar online melalui gadget. Hal ini sebaiknya menjadi fokus bagi sekolah untuk mencarikan solusinya. Misalnya seperti mengelompokkan dengan orang tua yang memiliki gadget, mengajar di beberapa rumah selama satu kali sepekan, dan sebagainya.
- Orang tua tidak menguasai materi pembelajaran. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Pasalnya, ketercapaian target anak tergantung bagaimana penyampaian dari pembimbing saat mengajar. Belum lagi banyaknya pekerjaan rumah dan urusan lainnya yang membuat pikiran Mams terbagi-bagi.
- Sulit mengontrol mood anak. Orang yang paling mengerti anak biasanya adalah orang tuanya sendiri. Namun tidak jarang ada perubahan mood pada anak yang sulit diatasi oleh Mams. Mams harus punya banyak cara dan tips untuk membuat mood nya kembali baik. Contohnya seperti menyediakan stok makanan kesukaannya, aktivitas yang disukainya, pakaian favoritnya, dan sebagainya.
- Orang tua memiliki anak lainnya yang harus diurus. Jika Si Kecil memiliki adik, Mams harus belajar membagi waktu dalam mendampingi keduanya. Jika memungkinkan, Mams bisa meletakkannya di ruangan yang sama agar bisa memantau keduanya.
Baca Juga: Anak Menunjukkan Gejala Autis, Apa yang Harus dilakukan?
Kiat Sukses Mendampingi ABK Belajar Online
Ciptakan Suasana yang Nyaman untuk Terapi
Meskipun sedang pandemi, tetaplah menghubungi dokter spesialis untuk mendapatkan informasi terkait terapi yang bisa dilakukan di rumah dengan aman. Sebab ada beberapa anak berkebutuhan khusus harus terapi rutin untuk meningkatkan kemajuan perkembangan kemampuan fisiknya. Contohnya seperti anak celebral palsu yang mudah mengalami gangguan pernapasan ketika tubuhnya kurang bergerak.
Mengedukasi kepada Anak Terkait COVID-19
Adanya pandemi COVID-19 membuat kita semua harus melakukan kebiasaan baru terkait higenitas diri, salah satunya mencuci tangan dengan sabun. Hal-hal sederhana seperti ini sebaiknya dijelaskan kepada Si Kecil dengan bahasa semenyenangkan mungkin sampai anak mengerti. Mams juga bisa menjelaskan terkait bahayanya kelar rumah tanpa masker karena di luar rumah sedang ada virus yang bisa menyebabkan semua orang menjadi sakit.
Menyiapkan Stok Obat-obatan
Persediaan terkait penunjang kesehatan pun jangan sampai terlupa ya, Mams. Jenis obat-obatan seperti obat anti kejang juga perlu disediakan. Hal ini juga sudah didukung dengan pelayanan BPJS yang mengijinkan orang tua dari pasien ABK untuk mengambil obat tanpa memeriksakan anaknya.
Mencari Komunitas untuk Saling Memberikan Semangat
Dukungan moril pun sangat diperlukan disaat seperti ini, terutama dari pasangan. Namun tidak ada salahnya jika Mampaps mencari dukungan dari pihak luar. Menanggung beban yang mungkin hampir sama, komunitas orang tua dengan anak ABK biasanya saling menguatkan dan berbagi informasi. Masuklah ke dalam komunitas tersebut untuk menambah dukungan, Mampaps!
Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh Diperpanjang Hingga Akhir Tahun, Ma!
Tidak hanya orang tua, anak berkebutuhan khusus pun pasti merasakan kesulitan yang sama ketika harus beradaptasi dalam hal belajar online. Tidak perlu memarahinya Mams, marah hanya akan membuang energi dan waktu. Jika emosi sudah memuncak, duduk atau berbaringlah, tarik nafas dalam-dalam dan menjauhlah sejenak dari anak. Semangat, Mams!