Pernah ngalamin gak Mams dinyinyirin Mama lain saat kita mengasuh si Kecil? Kata-kata “Enak banget ya bisa berhenti kerja buat mengasuh anak“, atau “Ngasih sufor pasti karena males nyusuin ya?” Kata-kata nyinyir tersebut sering terdengar dan bikin kuping panas ya, Mams.
Di era modern nan canggih ini, semua topik tersedia di internet. Banyak dampak positif darinya, namun bukan berarti tidak memunculkan dampak negatif. Ilmu-ilmu parenting yang menjamur pun sering jadi acuan dan sayangnya menjadikan Mama nyinyir ini merasa “paling benar dan tepat” dalam hal menangani anak. Hal ini sering kali melahirkan ‘Mom Shamer’ dengan kalimat-kalimat nyinyirnya.
Baca Juga: Paps, Bantu Mama Atasi Baby Blues Syndrome Sebelum Berbahaya!
Apa itu Mom Shaming?
Mom Shaming merupakan perilaku yang terjadi saat ada seseorang mengkritik Mama, baik itu karena pola pengasuhan, prinsip, gaya hidup hingga pengambilan keputusan dalam berkarir. Terlihat lucu ketika hal yang demikian terjadi, tapi itulah kenyataan yang terjadi di sekitar kita.
Berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai parenting memang penting dan seru. Namun, menghakimi seorang Mama yang latar belakangnya tidak kita ketahui secara pasti bisa membuat down loh! Apalagi bila berlaku nyinyir pada Mama baru yang baru melahirkan pertama kali, bukan mustahil bisa memicu depresi.
Baca Juga: Bahaya Depresi Pasca Melahirkan
Jenis-jenis mom shaming
1. Keputusan Berkarir
Ada segolongan Mama yang bekerja mendapatkan kalimat nyinyir “Kerja terus, nggak kasihan anaknya ditinggal dan diasuh orang lain?”. Hal itu terlontar tanpa mempertimbangkan perasaan Mama yang mungkin tersinggung serta sakitnya menahan rindu kepada anak setiap hari. Belum lagi batin yang tersiksa setiap tidak bisa merawat anak yang sedang sakit. Mereka tidak tahu bahwa tindakannya dapat membuat wanita karir berbisik dalam hatinya “andai gaji suami cukup untuk kebutuhan anak” dan kalimat-kalimat toksik lainnya.
Oke, kalau begitu lebih baik di rumah saja. Eits, jangan kira bahwa ibu yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya akan terbebas dari kalimat nyinyir ya Mams. Hanya saja, kalimat nyinyir yang didapat berbeda. Biasanya kalimat yang didapat berupa “enak dong di rumah terus nggak ngapa-ngapain”. Padahal gak kebayang betapa stresnya mengurus anak dan pekerjaan rumah yang menumpuk secara bersamaan. Betapa suntuknya melihat lantai yang tetap kotor dan berantakan meski sudah dibersihkan berulang kali.
Belum lagi lika-liku berhemat sampai harus lebih memilih membeli susu daripada perawatan menggunakan skincare favorit. Para pelaku Mom Shaming lupa bahwa tujuan Mama bekerja ataupun tinggal di rumah adalah sama, sama-sama demi anak.
Baca Juga: Kesulitan Mengasuh Si Kecil? Ini Kisah Mama yang Bekerja Dalam Melawan Stres!
2. Cara Melahirkan Anak
Mams, hati-hati ya dengan kalimat “lahirannya normal atau caesar?” yang akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan ajaib lain di belakangnya. Seringkali kalimat “enak dong caesar kan nggak sakit“, atau “manja banget sih caesar, saya sih kuat lahiran normal” terdengar tanpa hambatan dan pikir panjang.
Padahal, caesar merupakan solusi ketika ada faktor-faktor yang terjadi yang menyebabkan sulit untuk melahirkan secara normal. Lagipula, sakit atau tidak itu biar jadi urusan ibu yang melahirkan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pelaku Mom shaming itu sendiri.
Sayangnya, image “jika melahirkan caesar berarti belum merasakan menjadi ibu” sudah melekat di pikiran masyarakat. Bahkan seringkali seorang calon ibu memohon kepada bidan untuk melahirkan normal hanya karena takut dicemooh banyak orang. Miris sekali.
Baca Juga: Kenali dan Atasi Tokophobia Jelang Proses Melahirkan
3. ASI vs Sufor
“Enak kalau banyak uang sih, anak tinggal dikasih sufor supaya ga repot nyusuin!”
“Kok bisa sih ASI-nya ngga keluar? Saya dulu lancar-lancar aja tuh!……..” ,
Kalimat-kalimat yang sudah pasti tidak memastikan terlebih dahulu apa penyebab dari pemberian sufor kepada anak seseorang yang dinyinyirinnya tersebut. Padahal, berbagai faktor dapat terjadi, mulai dari ASI yang tidak kunjung keluar, kurangnya pelekatan pada puting payudara hingga beberapa hari setelah lahir, dll.
Padahal mungkin Mama tersebut sudah berjuang memberikan ASI namun kondisi kesehatannya tidak memungkinkan atau ada masalah pada bayinya. Yang paling penting, tidak ada yang menjamin bahwa setiap wanita dapat mengeluarkan ASI dengan lancar karena setiap ibu memiliki ujiannya masing-masing.
Baca juga: Khawatir Kurang ASI? Kenali Dulu Tanda Kecukupannya Pada Si Kecil!
3. Pola Asuh Anak
Rasanya 24 jam terjaga demi mencetak generasi gemilang belumlah cukup untuk terbebas dari kalimat nyinyir mengenai pola asuh anak. Padahal, setiap orang tua pasti memiliki cara yang berbeda untuk mendisiplinkan anak-anaknya. Tidak perlu nyinyir, karena ilmu pasti dalam dunia parenting adalah nihil. Semua akan kembali disesuaikan dengan watak, kultur, budaya dan tujuannya masing-masing.
Ada yang ingin anak perempuannya tumbuh menjadi wanita yang lemah lembut dan penurut, ada pula yang menginginkan putrinya menjadi wanita pemberani dan tahan banting di segala situasi. Ada yang menginginkan keduanya, semua tidak salah, semua memiliki aturan masing-masing di dalam rumah tangganya.
Baca Juga: Mengapa Gaya Pengasuhan Papa Lebih Menyenangkan daripada Mama?
Penyebab mom shaming
1. Nyinyir merasa sudah berhasil
Memiliki anak dengan tumbuh kembang, spiritual, emosional, dan pemahaman yang baik memang impian para orang tua. Namun, beberapa dari mereka yang dianugerahkan anak yang demikian justru kerap “menggurui” orang tua yang lain.
Padahal, meskipun gaya parentingnya sama, hasilnya tentu akan berbeda. Bahkan tiap anak yang dididik oleh orang tua yang sama pun memiliki kepribadian yang berbeda.
2. Nyiyir tidak Percaya Diri
Seseorang yang kurang percaya diri akan bergabung dengan lingkungan yang sama dengannya. Artinya, orang yang tidak yakin dengan gaya parenting yang dianutnya, akan mencari dan bergabung dengan golongan orang tua yang masih satu frekuensi dengannya dalam hal parenting.
Seseorang yang demikian biasanya akan kurang bijak dalam menghadapi perbedaan gaya parenting. Terlebih lagi, banyak yang menambahkan kalimat nyinyir terhadap orang yang menerapkan gaya parenting yang berbeda.
3. Nyinyir merasa Iri
Ada sebagian orang tua yang dengan ketatnya mendisiplinkan anak dalam hal bermain gadget. Hal ini tentu akan menjadi dilema saat di kecil sedang tantrum dan meminta bermain gadget lebih lama. Bukan tak tega, pembatasan gadget pada anak dilakukan demi tumbuh kembang Si Kecil.
Namun, lagi-lagi didapati kalimat nyinyir “Kasihan banget ya anaknya nggak ada hiburan, tega banget orang tuanya” atau “Kasih aja handphone-nya biar diem, kasihan nangis mulu”. Biasanya, pelaku Mom Shaming tersebut adalah orang yang iri melihat orang tua lain yang berhasil tega untuk membatasi anaknya dari gadget.
4. Nyinyir merasa Bosan
Hidup yang serasa membosankan seringkali membuat seseorang mencari kesibukan untuk bangkit dari bosannya. Anehnya, ada yang melampiaskan kebosanan dirinya kepada orang-orang yang bahkan tidak dikenalnya dengan cara melakukan nyinyir ataupun Mom Shaming.
Hal ini sering kita saksikan di kolom komentar yang sedang membahas pola asuh anak. Ada saja orang yang tega menyakiti perasaan orang lain dengan mudahnya. Misalnya pada saat penulis sekaligus Raditya Dika mengunggah rumah yang baru direnovasi untuk menyambut kelahiran anak pertamanya. Ada saja netizen yang berkomentar “anaknya aja nggak tau hidup atau nggak”. Wow! Komentar iseng nan ajaib ini sepertinya tidak akan pernah terpikir dalam benak netizen yang “waras”.
Baca juga: Jangan Katakan 9 Hal ini Kepada Ibu Baru ya!
Tips menghadapi mom shaming
- Mengurangi waktu bersama Mom Shamer
- Tetap melakukan yang tebaik untuk anak sesuai dengan kondisi masing-masing anak
- Selalu berpikir positif. Tanamkan dalam pikiran bahwa pelaku Mom Shaming sebenarnya ingin memberikan saran, hanya saja caranya yang salah.
- Bersikap tenang dan mempersiapkan mental sebaik mungkin, menganggap kritikan seperti angin lalu
- Selalu berpikir setiap orang tua pasti pernah melakukan kesalahan.
Membalas kritikan atau kalimat nyinyir dengan candaan
Baca juga: 22 Tips Untuk Mama Baru Saat Menjalani Bulan Awal Kelahiran Si Kecil
Siapapun bisa mengkritik dengan bebasnya, tapi apakah semua orang siap dan tahan menerima kritikan yang bahkan menyudutkan? Perbedaan bukan berarti kesalahan, sebab pada dasarnya tujuan setiap orang tua adalah memberikan yang terbaik bagi anaknya. Semangat, Mams.