Belum hilang dari muka bumi, COVID-19 terus menyebar hingga kini bahkan dengan kasus-kasus terbaru. Seperti halnya happy hypoxia yang sudah sering kita dengar belakangan ini. Happy hypoxia merupakan kondisi pasien COVID-19 yang tidak menimbulkan gejala. Kejadian ini juga terjadi pada banyak pasien COVID-19 di Indonesia.
Sebelumnya, ditemukan bahwa gejala COVID-19 diantaranya adalah batuk, demam, dan pilek bahkan di tingkat keparahan tertentu bisa membuat penderitanya mengalami sesak napas hingga menurunkan kesadaraN. Kini, munculnya pasien COVID-19 tanpa menunjukkan adanya gejala membuat kekhawatiran bertambah terhadap COVID-19. Pasien COVID-19 yang disebut happy hypoxia biasanya mengalami penurunan kadar oksigen dalam darah. Hal ini tidak disadari dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya. Seperti apa sih kondisi tersebut? Yuk kenal lebih jauh, agar Mampaps lebih waspada.
Mengenal Happy Hypoxia
Happy Hypoxia merupakan kondisi ketika tubuh pasien COVID-19 tidak merasakan gejala COVID-19 pada umumnya. Namun, secara tidak sadar kadar oksigennya dalam darah mengalami penurunan yang dapat berakibat fatal. Hal ini biasanya baru bisa diketahui dengan melakuan pemeriksaan.
Kadar oksigen dalam dalam darah normalnya berada di sekitar 75 mmHg atau 95-100%. Jika kadar oksigen dalam darah jumlahnya kurang dari angka tersebut, tubuh akan kekurangan kadar oksigen yang disebut juga hipoksia.
Beberapa hal penyebab hipoksia antara lain:
- Anemia
- Kelainan jantung
- Gangguan fungsi paru-paru seperti bronhitis, asma, pneumonia, emfisema, serta kaner paru-paru
- Gangguan pernapasan ketika sedang tidur
Sebagian besar pasien hipoksia mengalami gejala sesak napas, lemas, kulit pucat juga bibir yang berwarna kebiruan. Bahkan, pada tingkat keparahan tertentu, hipoksia bisa menyebabkan pasien mengalami penurunan kesadaran hingga koma.
Meskipun demikian, di beberapa kasus terbaru saat ini justru hipoksia yang tidak menimbulkan gejala sama sekali tanpa alat pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi tersebutlah yang dinamakan silent hypoxia atau happy hypoxia pada pasien COVID-19.
Happy Hypoxia Gejala Covid-19 yang Mematikan
Meskipun penderitanya tampak sehat dan cenderung dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, kondisi ini justru menjadi sangat berbahaya. Seseorang ang merasa dirinya baik-baik saja biasanya tidak akan memeriksakan dirinya ke dokter. Padahal, jika kondisi ini terjadi dalam tubuh, kadar oksigen akan terus menurun dan menyerang organ vital lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Penyebab Happy Hypoxia
Ada penelitian yang mengatakan bahwa happy hypoxia disebabkan oleh adanya peradangan pada jaringan paru-paru. Hal ini disebabkan oleh infeksi virus Corona. Di sisi lain, ada pula teori yany menyebutkan bahwa kondisi ini ada kaitannya dengan gangguan pada sistem saraf.
Dengan demikian, belum diketahui secara pasti terkait penyebabnya yang akurat. Meskipun demikian, penyakit yang satu ini tetap mematikan. Oleh sebab itu, waspadalah jika hasil tes COVID-19 menunjukkan positif sedangkan tubuh merasa tidak ada gejala apapun. Bisa jadi hal tersebut adalah happy hypoxia.
Baca Juga : Hampir Sama, Ini Bedanya Gejala Pneumonia dan Covid-19
Bahaya Happy Hypoxia
Mengapa Happy hypoxia disebut mematikan? Hypoxia yang tidak ditangani dengan serius akan memicu masalah pada bagian organ-organ penting dalam tubuh, seperti otak dan jantung. Efeknya yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah menjadi sangat berbahaya karena bisa berujung kematian.
Deteksi Dini Happy Hipoxia
Tonang Dwi Ardyanto selaku ahli patologi klinis mengatakan bahwa ada dua cara untuk mendeteksi happy hypoxia sejak dini. Berikut dua cara mendeteksinya.
Cara Pertama
- Tarik napas sedalam mungkin sebanyak 2-3 kali
- Jika ada rangsangan berupa batuk, patut dicurigai adanya hipoksia
Cara kedua:
- Menggunakan alat pulse oxymetri untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.
Ketika tubuh mulai muncul kejadian aneh seperti nafas yang semakin cepat, cepat merasa lelah serta dada terasa sulit ketika bernapas, segeralah hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Di masa pendemi bukan hanya diri yang perlu dijaga. Keluarga dan orang terdekat pun perlu kita perhatikan. Mencari tahu mengenai hal-hal terbaru terkait COVID-19 juga wujud dari rasa perhatian terhadap sesama. Jangan lupa tetap taati protokol kesehatan ya.