Beberapa hari yang lalu heboh berita mengenai ib hamil yang melahirkan di pesawat. Mungkin terdengar aneh, sebab mestinya seseorang yang hamil besar apalagi mendekati hari perkiraan lahir sudah tidak diperbolehkan untuk naik pesawat. Seperti apa kisah selengkapnya? Apa yang dilakukan awak kabin saat itu? Yuk simak selengkapnya untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua!
Kronologis Ibu Hamil Melahirkan di Pesawat Lion Air
Tepatnya pada hari Selasa (17/11), seorang penumpang pesawat Lion Air JT-797 Boeing 737-900ER rute penerbangan Jayapura-Makassar melahirkan di dalam kabin penumpang. Ibu hamil tersebut adalah Anastasia Geavani. Setelah 50 menit perjalanan, pendamping Anastasia kala itu meminta bantuan awak kabin sebab Anastasia merintih kesakitan dan meminta air hangat.
Bergerak dengan cepat dan tanggap, pimpinan awak kabin, Novitalia serta kru kabin segera menghampiri yang bersangkutan untuk mencari tahu kondisi yang sebenarnya. Setelah mengetahui kondisi Anastasia yang hendak melahirkan di pesawat, kru langsung memberi pengumuman mengenai apakah terdapat penumpang yang berprofesi dokter di dalam pesawat tersebut.
Dibantu oleh Penumpang yang Berprofesi sebagai Dokter
Beruntung, seorang penumpang bernama Marthina Setiawati Randabunga ternyata berprofesi sebagai dokter dan langsung menunjukkan identitias resmi serta dokumen lain kepada kru kabin. Dengan bantuan dokter tersebut, proses melahirkan di pesawat itu berjalan lancar dan dilakukan di bangku belakang kabin, Ibu dan bayi pun dalam kondisi sehat.
Baca Juga: Mau Melahirkan? Jangan Sampai Ketinggalan Perlengkapan Melahirkan Ini Penting Mams
Pesawat Lion Air Mendarat Darurat
Melihat kondisi ibu hamil melahirkan di pesawat ini, Pilot pesawat Captain Eirstanto Prabowo bersama kopilotnya memutuskan untuk melakukan pendarawatan ke bandar udara yang terdekat. Hal ini dilakukan setelah kru kabin berkoordinasi dengan dokter.
Pilot pun segera berkoordinasi dengan petugas darat Lion Air serta petugas lalu lintas udara. Akhirnya pesawat mendarat di bandar udara Internasional Pattimura, Ambon, Maluku. Sesampainya di bandara, petugas darat langsung melarikan Anastasia ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan penanganan yang memadai. Sementara itu, 41 menit kemudian pesawat melanjutkan perjalanannya kembali menuju destinasi awal, yakni Makassar.
Hamil Tua Bolehkah Naik Pesawat?
Menurut Coporate Communications Lion Air, Danang Madala Prihantoro bahwa usia kehamilan 36 minggu sudah dilarang untuk naik pesawat. Regulasi Lion Air sendiri adalah wajib menyertakan surat jika usia kehamilan sudah lebih dari 28 minggu. Sebenarnya, boleh nggak sih ibu hamil tua naik pesawat?
Pada dasarnya, naik pesawat dalam keadaan hamil tidaklah mengapa. Meskipun demikian, tetap ada hal yang harus diperhatikan agar ibu hamil terhindar dari risiko yang dapat membahayakan kandungannya.
Gangguan yang biasanya muncul ketika naik pesawat adalah kram serta adanya pembengkakan kaki atau mata kaki. Gangguan tersebut biasanya terjadi saat penerbangan berdurasi 3-5 jam. Namun, beberapa kasus tertentu menunjukkan adanya risiko serius naik pesawat bagi ibu hamil yakni terjadinya pembekuan darah.
Tidak hanya hamil tua, hamil muda pun berisiko dan rentan akan bahaya. Usia kehamilan yang aman untuk naik pesawat adalah saat janin berusia 14 hingga 27 minggu. Masing-masing maskapai memiliki standar sendiri terkait usia janin yang mewajibkan ibu hamil menyertakan surat keterangan medis. Beberapa maskapai juga menambahkan persyaratan berupa surat pernyataan hingga formulir pertanggungan risiko. Untuk pesawat Lion Air,usia kehamilan lebih dari 28 minggu wajib melampirkan surat keterangan medis yang berisi bahwa penumpang dalam kondisi sehat dan dinyatakan aman untuk naik pesawat.
Tapi, jika Mams merasa usia kehamilan sudah mendekati HPL (hari perkiraan lahir), alangkah lebih baiknya untul istirahat di rumah saja ya Mams apalagi dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
Baca Juga: Ibu Hamil Naik Pesawat? Cek Tips dan Persiapannya
Penanganan Melahirkan Darurat
Jika Mams melihat ibu hamil yang kontraksi di tempat umum seperti kejadian melahirkan di pesawat ini, sedangkan tidak ada seseorang yang berprofesi sebagai dokter di sekitar, Mams bisa lakukan langkah-langkah berikut ini untuk membantu persalinannya. Dikutip dari buku What to Expect When You’re Expecting, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu persalinan darurat adalah sebagai berikut.
- Bersikap tenang, tidak panik.
- Mengajak ibu hamil untuk mengatur napas. Mengatur napas dapat membuat ibu hamil menjadi tenang. Hal ini akan memudahkan terbukanya jalan lahir sebab wajah dan mulut yang rileks berhubungan dengan rileksnya vagina.
- Menyarankan ibu hamil untuk mengikuti insting gerakan tubuh. JIka ibu hamil terlihat kebingungan, Mams bisamenyarankannya untuk jongko atau setengah duduk agar kepala bayi tidak tertekuk ke lantai.
- Menelpon 118 yang merupakan layanan ambulans. Sambl menunggu bantuan medis, mintalah bantuan operator untuk memandu pendampingan persalinan darurat.
- Menuntun ibu hamil ke tempat yang lebih nyaman seperti meja, beri alas handuk atau kain tebal di area bawah bokong ibu hamil.
- Jika memungkinkan, tempatkan ibu hamil di ujung meja. Siapkan wadah berupa baskom untuk menampung darah dan air ketuban.
- Mams bisa meminta bantuan orang lain untuk menambahkan beberapa kursi untuk menopang kaki serta bantal untuk menyangga punggung ibu hamil.
- Pastikan lindungi area dimana bayi akan keluar sambil menunggu bantuan medis datang menjemput.
Nah, jika Mams memang terlanjur ingin melahirkan di kediaman orang tua atau di kampung halaman. Maka, lakukan perjalanan kira-kira paling lambat sebulan sebelum HPL tiba untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kejadian melahirkan di pesawat ini.