Masa pandemi membuat siswa harus belajar dari rumahnya atau yang disebut dengan sistem daring. Belajar di rumah membuat aktivitas cenderung monoton bahkan tidak jarang berada dalam posisi duduk yang cukup lama. Padahal, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya piriformis syndrome lho Mams.
Seperti yang sedang viral saat ini, seorang mahasiswa yang didiagnosis menderita piriformis syndrome akibat kebiasaan duduknya yang terlalu lama. Seperti apa kronologinya? Bagaimana cara mengobatinya? Berikut penjelasan selengkapnya.
Kronologis Mahasiswi Alami Piriformis Syndrome
Seorang pengguna akun tiktok dengan nama aku @nisaaod mengunggah video tentang dirinya (4/3/21) yang didiagnosis piriformis syndrome. Video berdurasi 14 detik tersebut menjelaskan aktivitasnya sehati-hari yang menjadi pemicu dari kondisi ini. Ia mengatakan bahwa ia duduk lebih dari 15 jam dalam sehari. Waktu yang terlalu lama ya Mams. Sebab, durasi duduk paling lama adalah 60 menit. Setidaknya setelah 60 menit, posisi harus berubah seperti istirahat santai, merebahkan kursi, atau sedikit berdiri dan berjalan.
Masih di video yang sama, @nisaaod juga mengatakan bahwa dirinya terbiasa tidur selama 5 jam, dan tidak pernah berolahraga. Untuk mengatasi masalah kesehatannya tersebut, Nia harus menjalani terapi dan berenang seminggu sekali. Di akhir video ia juga mengingatkan bahwa yang berlebihan itu tidak baik. Video tersebut disukai 120 ribu orang serta dibagikan sebanyak 3143 kali sehingga menjadi viral.
Penyebab dan Gejala Piriformis Syndrome
Pada dasarnya, piriformis syndrome terjadi akibat adanya cedera dan peradangan pada otot piriformis. Sindrom ini juga dapat terjadi akibat otot piriformis yang menekan bagian saraf skiatik. Saraf skiatik merupakan saraf terdapat di bagian sumsum tulang belakang dan memanjang hingga ke bokong dan tungkai. Oleh sebab itulah ketika saraf ini terganggu akan menyebabkan bagian bawah tubuh akan terasa nyeri bahkan mati rasa.
Penyebab Piriformis Syndrome
Ada beberapa aktifitas yang dapat meningkatkan risiko sindrom ini, yaitu:
- Duduk dalam durasi yang sangat lama
- Terjatuh atau mengalami kecelakaan
- Mengangkat beban berat
- Melakukan gerakan berlang pada tungkai, seperti berlari atau berjalan dalam waktu yang lama
- Memaksakan diri dalam berolahraga
- Mengalami luka tusuk pada otot piriformis
- Otot piriformis terbentur
- Melakukan gerakan berputas pada pinggul
Baca Juga: Moebius Syndrome, Bayi Tanpa E kspresi? Kok Bisa?
Gejala Piriformis Syndrome
Ketika tubuh merasakan hal yang tidak biasa, jangan diabaikan ya Mams. Mencari tahu informasinya akan membuat Mams mengetahui langkah apa yang harus diambil agar kondisinya tidak semakin parah. Pada tingkatan yang parah, gejala sindrom ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Yuk kenali gejala piriformis syndrome berikut ini Mams.
- Nyeri pada bokong saat duduk hingga membuat tidak nyaman
- Mati rasa dan esemutan di sekitar bokong hingga menjalar ke tungkai
- Nyeri pada bokong dan tungai yang bertambah parah jika digunakan untuk duduk dengan durasi lama, begitupun saat beraktivitas
- Terasa nyeri pada saat berhubungan intim, terutama pada wanita
- Sakit ketika buang air besar atau saat bangun dari kasur
- Nyeri di area kelamin
Cara Mencegah Piriformis Syndrome
Sebelum terlambat, yuk cegah Piriformis syndrome dengan melakukan beberapa hal berikut ini.
- Hindari duduk atau berbaring dalam waktu yang lama, saat bekerja atau belajar, pastikan tubuh beristirahat dalam 60 menit sekali. Bisa dilakukan dengan cara merebahkan sandaran kursi, berjalan hingga bersantai sejenak
- Melakukan peregangan sebelum melakukan olahraga
- Berolahraga secara rutin, naun tidak berlebihan ya Mams
- Jika muncul nyeri pada bokong, hentikan aktivitas hingga nyeri itu hilang
- Jangan berlari di permukaan yang tidak rata
Baca Juga: Badan Bergerak Sendiri, Hati-hati Alami Tourette Syndrome, Ma!
Cara Mengobati Piriformis Syndrome
Jika seseorang mengalami gejala piriformis syndrome, biasanya dokter tidak langsung mengambil tindakan pengobatan sebelum melihat hasil pemeriksaan penunjang. Seperti CT scan, MRI, hingga elektromiografi. Peeriksaan darah juga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan agar terdeteksi bila ada penyakit penyerta lainnya.
Jika sudah jelas pasien tersebut menderita piriformis syndrome, biasanya dokter akan melakukan tindakan pengobatan berikut ini.
- Fisioterapi
Seperti yang terjadi pada pemilik akun tiktok @niaaod yang harus menjalani terapi seminggu sekali. Fisioterapi merupakan penanganan awal pada sindrom ini. Di dalam teknisnya, fisioterapi akan membantu pasisen latihan fisik serta peregangan yang difokuskan pada bagian otot piriformis. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi tekanan yang ada pada saraf skiatik.
- Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan dokter biasanya merupakan obat pereda nyeri, pelemas otot, hingga suntikan kortikosteroid. Tidak jarang dokter juga memberikan suntukan anti nyeri jika dirasa perlu.
- Operasi
Jika kedua cara di atas belum berhasil, langkah terakhir yang disarankan dokter adalah tindakan bedah atau operasi. Operasi ang dilakukan pada pasien piriformis syndrome biasanya adalah melonggarkan tegangan otot piriformis serta saraf skiatik.
Yuk periksakan diri jika mengalami gejala piriformis syndrome untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter ya Mams.