Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, Mampaps perlu memiliki banyak bekal termasuk pengetahuan mengenai pertolongan pertama ketika Si Kecil sedang sakit. Banyak orang tua yang masih bingung ketika anak demam tinggi. Melalui kulwap (kuliah whatsApp) mamapapa.id bersama dr. Arifianto Sp.A atau dikenal dengan dokter Apin, Mampaps dijelaskan mengenai demam dan selesma yang biasa terjadi pada Si Kecil. Kulwap tersebut diadakan pada tanggal 24 November selama 2 jam.
Berteman dengan Demam dan Selesma
Meskipun demam dan selesma termasuk yang paling sering menyerang si Kecil, banyak orang tua yang masih bingung cara menangani anak yang sedang sakit. Apakah anak demam harus dibawa ke IGD? Benarkah anak demam harus diberi antibiotik? Si Kecil batuk dan muntah, kapan harus pergi ke dokter?
Dokter Apin menjelaskan bahwa penanganan anak sakit bukan mutlak tugas dokter. Justru, orang tualah yang berperan penting sebagai orang yang menangani Si Kecil pertama kalinya sebelum dibawa ke dokter. Mampaps pula yang harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membawa Si Kecil berobat. Sedangkan dokter bertugas untuk penanganan lanjutan, perawatan, terapi hingga menentukan diagnosis penyakit Si Kecil.
Baca juga: Wajib Lakukan 7 Hal Ini Saat Membawa Anak Sakit ke dokter!
Orang tua Harus Kaya akan Ilmu
Tidak pandang ijazah, profesi dan strata sosial, setiap orang tua disarankan untuk banyak membaca dan mempelajari literasi kesehatan. Hal ini sangat berguna untuk memperkaya wawasan orang tua terhadap penyakit dan isu kesehatan yang sedang berkembang di masyarakat.
Apalagi di era digital seperti sekarang ini, informasi mudah didapat hanya dalam genggaman tangan. Melalui internet, Mampaps dapat mengakses informasi apapun yang sedang dibutuhkan. Eits, namun tidak semua informasi harus langsung dipercaya loh Mams.
Sebaiknya ambil informasi dari sumber yang benar untuk menghindari adanya hoax. Mams bisa mencari website dengan kriteria seperti berikut.
- Berbasis bukti (evidence-based)
- Sesuai dengan panduan (guideline)
- Mudah diakses dan transparan
- Pasien menjadi pintar, bukan sok tahu
- Informasi yang diterima harus utuh
Mengapa Mampaps Takut dengan Demam?
Siapa yang anaknya belum pernah demam? Pada dasarnya, demam merupakan hal yang sangat sering terjadi pada anak. Bahkan, dokter Apin mengatakan bahwa demam merupakan masalah kesehatan yang paling sering dikeluhkan orang tua saat ke dokter. Padahal, penanganan demam yang utama adalah sabar dan gendong. Namun, Mampaps juga perlu mengetahui hal penting mengenai demam, yaitu:
- Makin tinggi suhu, anak berisiko kejang
- Bisa merusak otak
- Harus dibawa ke dokter setelah 3 hari
- Harus diperiksa darah ketika sudah 3 hari
- Berisiko demam berdarah atau tifoid
Apa Sebenarnya Penyebab Demam?
Berdasarkan penyebabnya, penyakit terbagi menjadi 2, yakni disebabkan karena adanya infeksi dan non infeksi. Infeksi disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Infeksi yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antibiotik sedangkan infeki yang disebabkan oleh bakteri memerlukan antibiotik. Demam merupakan masalah kesehatan yang disebabkan infeksi virus, sehingga tidak memerlukan antibiotik.
Mama Papa Harus Tahu
Demam bukanlah penyakit, melainkan proses alamiah yang menjadi tanda atau gejala dari suatu penyakit.
Manfaat Demam
Demam adalah mekanisme fisiologis tubuh untuk memerangi infeksi. Pada umumnya, demam tidak membahayakan, bahkan memiliki manfaat.
Demam bermanfaat sebagai wujud perlindungan dari sistem imun, sebab:
- Demam dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme
- Bentuk reaksi cepat tubuh terhadap sesuatu
- Merangsang sungsi imunologis sel darah putih yang berguna untuk meningkatkan respon limfosit terhadap mitogen, meningkatkan aktifitas netrofil sebagai anti-bakteri, serta meningkatkan produksi interferon.
- Mendukung maturasi monosit menjadi makrofag
- Membantu aktivasi limfosit dan produksi antibodi
- Mengurangi ketersediaan besi untuk replikasi bakteri.
Baca Juga: Yuk, Tanya Seputar Kesehatan Si Kecil pada Dokter Apin
Perlukah Si Kecil Minum Obat Penurun Panas Ketika Demam?
Melihat manfaatnya, Si Kecil tidak memerlukan obat penurun panas (antipiretik). Adapun tujuan utama mengobati anak demam (dengan antipiretik) adalah membuatnya lebih nyaman, bukan menormalkan suhunya ya, Mams. Terutama jika suhu tubuh Si Kecil belum terlalu tinggi, sebab antipiretik justru dapat memperlama sakit.
Selain itu, antipiretik juga tidak dapat mencegah kejang pada Si Kecil, sehingga Mampaps jangan mengharapkan suhu tubuh akan kembali normal ketika anak diberi antipiretik. Sebab, tujuan antipiretik adalah membuat anak menjadi nyaman.
Bahkan, Mampaps tidak direkomendasikan untuk memberikan parasetamol sebelum atau sesudah imunisasi. Hal ini dapat mengurangi respon kekebalan. Mampaps juga tidak dapat memberikan parasetamol dan ibu profen bersamaan atau bergantian.
Antara Parasetamol atau Ibuprofen, Pilih Mana?
Sebelum memilihnya, Mampaps harus mengetahui mengenai efek samping dari keduanya.
Efek | Dosis | Efek samping | |
Parasetamol | Demam, sakit | 10-15 mg/Kg BB | Dosis yang berlebih akan menyebabkan kerusakan hati |
Ibuprofen | Nyeri, demam, radang | 5-10 mg/Kg BB | Sakit lambung, pendarahan, gangguan ginjal, muntah, diare |
Demam Lebih Tiga Hari, Haruskan Periksa di Laboratorium?
Diagnosis penyakit tidak harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Mampaps cukup menghapal gejala-gejala berikut untuk mengetahui diagnosisnya.
- Batuk, pilek, bersin, ingus warna-warni : selesma (common cold), influenza
- Mencret, mual, muntah : diare atau gastroenteritis
- Rewel, tarik-tarik telinga, keluar cairan dari telinga : otitis media
- Kejang, sakit kepala hebat, kesadaran menurun: meningitis/ensefalitis (kondisi emergency)
- Batuk, sesak, kesulitan bernapas: pneumonia/bronkitis/asma (kondisi emergency)
Baca Juga: Agar Tidak Kejang Saat Demam, Bolehkah Bayi Minum Kopi?
Risiko Kejang jika Demam Tidak diobati, Benarkah?
Kejang demam memang menyeramkan, namun ternyata hal ini tidak berbahaya. Faktanya, hanya 1 anak dari 24-40 anak yang mengalami kejang ketika demam. Kejang demam hanya dapat terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Selain itu, kejang demam juga bersifat genetik, artinya anak yang orang tuanya memiliki riwayat kejang demam berisiko mengalami kejang demam. Sebanyak 24-40% riwayat keluarga kejang demam dapat berisiko 50% (jika <1 tahun) dan 30% (>1 tahun).
Anak Kejang Demam, Kapan Harus Pergi ke Dokter?
Kejang demam dapat terbagi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Mampaps bisa membawa Si Kecil ke dokter saat ia kejang demam kompleks. Seperti apakah gejala kejang demam kompleks?
- Durasi lebih dari 15 menit dan tidak langsung berhenti
- Terjadi lebih dari satu kali selama 24 jam
- Ada gerakan tubuh yang tidak disadari (kejang fokal)
Yang perlu dilakukan saat Si Kecil kejang
- Letakkan di tempat datar agar tidak jatuh
- Miringkan tubuh, agar tidak tersedak bila sedang makan/minum
- Longgarkan pakaiannya
- Amati durasi kejang
- Amati adanya sesak, biru di mulut/wajah
- Segera ke klinik atau rumah sakit terdekat bila kejang lebih dari 5 menit
Yang jangan dilakukan ketika Si Kecil kejang
- Menggendong atau memangkunya
- Memasukkan sendok ataupun ke dalam mulut, agar lidah tidak tergigit
- Memasukkan obat atau kopi ke dalam mulut
- Merendam Si Kecil di air hangat atau dingin
Baca juga: Agar Tidak Kejang Saat Demam, Bolehkah Bayi Minum Kopi?
Cara Mencegah Kejang Demam
Antipiretik tidak terbukti efektif untuk mencegah berulangnya kejang demam. Namun, obat anti-kejang rutin (seperti fenobarbital, primidone, atau asam valproat dan terapi intermiten dengan diazem) terbukti efektif untuk mencegah kejang demam berulang.
Meskipun demikian, Mampaps tetap tidak direkomendasikan untuk memberikan obat anti-kejang rutin maupun intermiten pada kejang demam sederhana. Sebab, risiko efek samping obat anti-kejang lebih berbahaya dibanding kejang demam sederhana itu sendiri.
Anak Demam, Kapan Harus ke Dokter?
- Demam lebih dari 72 jam TANPA gejala lain
- Anak tampak sangat sakit, lemas, tidak dapat makan/minum, dan buang air kecil berkurang alias dehidrasi
- Disertai kejang lebih dari 5 menit atau tidak sadar pasca kejang
- Anak lebih dari 3 bulan dengan demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius selama lebih dari 3 hari
- Kondisi anak terus memburuk
Baca juga: Mengatasi Batuk, Pilek dan Demam pada Anak? Berikut Solusinya!
Apa Yang dilakukan saat Si Kecil Demam?
- Ruangan jangan panas, terkena kipas angin dan pakaikan baju yang menyerap keringat
- Membujuk Si Kecil untuk minum lebih banyak seperti air, sup, jus buah, ice pops, es krim
- Mengonsumsi minuman elektrolit bila muntah dan diare
- Biarkan Si Kecil makan sesukanya, jangan dipaksa
- Hindari makanan berlemak, yang sulit dicerna
- Kompres hangat
Apakah Demam Perlu Antibiotik?
Antibiotik hanya diberikan untuk mengobati infeksi bakteri. Jika penyebab demam adalah infeksi virus, tidak butuh antibiotik. Sebab, antibiotik yang tidak tepat sasaran justru akan berisiko membunuh bakteri baik pada tubuh sehingga berpotensi memunculkan bakteri baru yang kebal antibiotik.
Bagaimana dengan Selesma alias Common cold?
Selesma dapat dialami anak hingga 12 kali setiap tahunnya. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi lebih dari 100 jenis virus sehinga tidak memerlukan antbiotik. Selesma memiliki sifat menular melalui cairan saat bersin ataupun menyentuh benda atau bagian tubuh yang telah terkontaminasi.
Selesma dapat sembuh dengan sendirinya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencuci tangan serta membatasi kontak dengan orang sakit.
Penanganan selesma yang tepat
- Banyak sabar dan gendong karena anak akan sembuh dengan sendirinya
- Paracetamol untuk mengurangi rasa tidak nyaman
- Banyak istirahat
- Banyak mengonsumsi cairan agar tidak dehidrasi
- Kondisikan rumah dalam keadaan lembab, bukan kering maupun dingin
Keuntungan Menggendong saat Si Kecil Sakit
- Posisi tegak memudahkan lendir turun ke saluran cerna
- Anak merasa ditemani
- Skin-to-skin contact
- Memudahkan anak untuk diberi minum
- Menguatkan bonding antara orang tua dan anak
Baca juga: Anak Demam? Jangan Langsung Panik Mams
Itulah pembahasan kulwap mengenai “Berteman dengan demam dan selesma”oleh dokter Apin. Pada dasarnya, orang tua harus memiliki ilmu yang utuh, tidak cukup dengan membaca di internet. Mampaps juga harus menggali ilmu dari buku. Saat Si Kecil sakit, hindari sikap panik yang justru akan memperburuk kondisi.
Yang terpenting, Mampaps terlebih dahulu menganalisis gejala yang ditimbulkan tubuh Si Kecil untuk dapat menentukan pemberian obat maupun waktu untuk pergi berobat. Selamat mendampingi Si Kecil Mams!