Penyakit tuberkulosis (TB) ini memang dapat menyerang siapa saja, tanpa terkecuali pada bayi dan anak kita. Bayi dan anak-anak memang sangat rentan tertular penyakit tuberkulosis, hal ini karena daya tahan tubuh yang masih sangat lemah. Gejala TB pada anak seringkali tidak bisa dikenali langsung, sehingga Mama Papa harus jeli dalam memantau kondisi kesehatan si kecil.
Penyakit Tuberkulosis dan Penularannya
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru namun dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Penyakit TB dapat menyerang tulang, selaput otak, kelenjar getah bening, mata, ginjal, jantung, hati, usus dan juga kulit.
Penyakit ini ditularkan oleh orang dewasa yang menderita TB aktif melalui percikan dahak yang keluar saat batuk, bicara, bersin atau bernyanyi. Percikan dahak yang mengandung kuman TB ini bila terhirup dan masuk ke paru-paru si kecil maka akan menyebabkan timbulnya infeksi TB pada si kecil.
Baca Juga: Infeksi Saluran Napas Pada Si Kecil
Tanda dan Gejala
Mama Papa Harus Tahu
Berbeda dengan TB pada orang dewasa yang gejala utamanya adalah batuk lama > 3 minggu, gejala TB pada bayi dan anak sangat tidak spesifik.
Ada beberapa hal yang harus Mampaps perhatikan dan curigai bila si kecil mempunyai gejala sebagai berikut:
- Demam lama > 2 minggu atau demam berulang (umumnya demam tidak terlalu tinggi)
- Nafsu makan turun, berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut
- Batuk anak yang menetap atau memburuk > 3 minggu
- Sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas
- Si kecil tampak lesu dan tidak kelihatan seaktif biasanya
- Teraba benjolan di leher (umumnya lebih dari satu)
- Kontak erat dengan penderita TB paru aktif dengan hasil cek sputumnya (BTA) positif
- Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi BCG
- Gambaran foto rontgen dicurigai mengarah ke TB
- Tes tuberkulin positif (lebih dari 10mm)
Jika si kecil sudah menunjukkan 3 tanda dan gejala di atas, Mampaps bisa berkonsultasi dengan dokter atau dokter spesialis anak mengenai tanda dan gejala yang ditimbulkan si kecil. Biasanya dokter memiliki skor tersendiri untuk menentukan apakah si kecil benar-benar terkena TB atau tidak dan memutuskan pengobatan TB.
Baca Juga: Batuk Itu Tidak Semua Sama Loh, Yuk Kenali 7 Jenis Batuk Ini!
Pemeriksaan TB
Untuk mendeteksi kuman TB pada orang dewasa biasanya dilakukan pemeriksaan cek dahak atau sputum (BTA). Berbeda dengan orang dewasa, pemeriksaan pada si kecil akan dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Uji Tuberkulin atau Tes Mantoux
Pemeriksaan uji tuberkulin atau tes Mantoux ini merupakan pemeriksaan utama. Tes Mantoux merupakan pemeriksaan dengan cara menyuntikkan larutan tuberkulin (protein kuman TB) di bawah kulit (intrakutan) si kecil. Hasil tes dapat dibaca antara 48-72 jam, jika timbul benjolan pada bekas suntikan dengan ukuran > 10 mm maka dikatakan hasil tes positif.
Jika hasil tes Mantoux positif menunjukkan adanya reaksi tubuh terhadap protein kuman, artinya didalam tubuh si kecil pasti pernah terinfeksi sebelumnya dengan kuman TB.
2. Pemeriksaan Rontgen Dada
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk memastikan apakah si kecil benar terkena TB. Pemeriksaan ini juga dapat memperkuat dugaan ke arah tuberkulosis tetapi tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya pemeriksaan untuk menentukan diagnosis tuberkulosis pada si kecil.
3. Pemeriksaan Lainnya
Si kecil tidak akan tertular penyakit ini dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita harus mencari tahu sumber penularannya. Hal yang pertama kita pikirkan adalah keluarga. Pemeriksaan boleh dilakukan pada keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Perlu diperhatikan apabila dirumah si kecil tinggal bersama seorang penderita TB dewasa, atau bisa juga dari lingkungan sekitar yang merupakan kelompok umur yang rentan yang memiliki gejala batuk lama (>3 minggu), batuk darah, penurunan berat badan yang mencolok Mampaps bisa memintanya untuk memeriksakannya ke fasilitas kesehatan terdekat. Mengingat penyakit ini sangat mudah menular.
Baca Juga: Yuk, Kenali Jenis Ruam Paling Sering Terjadi Pada Si Kecil!
Pengobatan TB
Penyakit TB ini dapat sembuh jika melakukan pengobatan secara rutin dan teratur. Pengobatannya sendiri membutuhkan waktu yang lama yaitu berkisar 6-12 bulan dengan pengawasan dokter.
Pengobatan TB adalah obat anti tuberculosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi 3-4 macam obat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kuman semaksimal mungkin dan mencegah timbulnya kuman yang kebal terhadap obat. Obat OAT tersebut terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan etambutol (E) yang masing-masing obat ini mempunyai efek samping tertentu.
Namun, sekarang sudah tersedia dalam bentuk kombinasi dosis tetap. Obat kombinasi dosis tetap (KDT) adalah obat yang berbentuk satu tablet namun mengandung 3-4 macam obat. Hal ini tentu saja memudahkan si kecil untuk mengonsumsi OAT.
Pengobatan OAT ini dimulai pada fase intensif (2 bulan awal) dan fase lanjutan (4 bulan).
Dosis OAT KDT | ||
Berat Badan (Kg) | Fase Intensif (2 bulan) RHZ | Fase Lanjutan (4 bulan) RH |
5 – 7 | 1 tablet | 1 tablet |
8 – 11 | 2 tablet | 2 tablet |
12 – 16 | 3 tablet | 3 tablet |
17 – 22 | 4 tablet | 4 tablet |
23 – 30 | 5 tablet | 5 tablet |
>30 | OAT dewasa |
Mampaps, tidak hanya OAT saja, dalam pengobatan TB pada si kecil juga harus memperhatikan status gizi si kecil. Karena status gizi si kecil dengan TB akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.
Pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan selama pengobatan. Jika tidak memungkinkan, Mampaps dapat memberikan suplementasi nutrisi sampai BB si kecil stabil dan TB dapat di atasi. ASI sebaiknya tetap diberikan jika si kecil masih dalam masa menyusu.
Informasi Penting: Informasi pengobatan diatas hanya merupakan informasi pendukung, jangan lakukan pengobatan di rumah tanpa pengawasan dokter.
Pencegahan TB
Cara utama mencegah TBC pada bayi dan anak-anak adalah dengan penggunaan vaksin BCG. Vaksin yang diberikan pada anak berumur 0-2 bulan vaksin ini akan mencegah terjadinya sakit TBC berat yang menyebabkan kematian pada si kecil.
Mampaps tidak perlu ragu memberikannya, karena vaksin BCG tidak menimbulkan efek demam atau nyeri. Nantinya, kulit yang disuntik akan menimbul benjolan kecil dan memerah, sebagai salah satu tanda keberhasilan imunisasi.
Tetapi Mampaps, jika si kecil dirumah tinggal bersama orang dewasa dengan TBC aktif, sebaiknya si kecil tetap diberikan obat sebagai profilaksis atau pencegahan.
Pemberian Pengobatan Pencegahan dengan obat isoniazid (INH) bertujuan untuk mencegah TBC laten pada si kecil. Efek perlindungan obat INH dengan pemberian selama 6 bulan dapat menurunkan risiko TB pada si kecil tersebut dimasa datang.
Baca Juga: Perhatikan! Vaksin Imunisasi Itu Penting Banget Bagi Si Kecil!
So Mampaps, mulai dari sekarang tingkatkan kesadaran akan kesehatan si kecil. Jangan pernah takut dan malu untuk berkonsultasi baik dengan dokter ataupun DSA (dokter spesialis anak) agar si kecil tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.