Hai Mampaps, tentunya Mama milenial sekarang sudah aware banget ya buat memantau pertumbuhan si kecil. Dengan banyaknya informasi mengenai dampak stunting pada anak, banyak Mama yang sangat khawatir saat si kecil tidak mencapai tinggi yang seharusnya. Saat diketahui anak stunting atau lebih umum sering dikatakan anak bertubuh pendek, banyak Mama yang langsung panik. Hal ini karena dikatakan stunting bersifat irreversible atau tidak bisa lagi dikembalikan. Benar kah?
Stunting bukan hanya berkaitan dengan tubuh pendek ya, Mams. Tapi memiliki dampak panjang bagi perkembangan si kecil. Bila dibiarkan, stunting mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, meningkatnya risiko sakit, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.
Meski bersifat irreversible, namun stunting bisa dikejar atau sering disebut sebagai catch-up growth. Jadi saat si kecil terdeteksi stunting, jangan menyerah dulu ya, Mams. Kondisi ini masih bisa diperbaiki. Yuk baca lebih lanjut!
Baca Juga: Cari Tahu Penyebab Stunting Anak, Agar Segera Bisa Diatasi!
Cara Mengetahui Apakah Anak Stunting
Untuk mengetahui si kecil mengalami stunting, Mampaps bisa melakukan dengan penilaian status gizi si kecil. Paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score).
Mampaps, stunting dapat diketahui bila si kecil sudah ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya. Hasil ini lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik si kecil akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U).
- Sangat pendek : Zscore < -3,0
- Pendek : Zscore < -2,0 s.d. Zscore ≥ -3,0
- Normal : Zscore ≥ -2,0
Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator TB/U dan BB/TB.
- Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
Baca Juga: Cegah Stunting, Lakukan 15 Hal Ini Mams!
Bisakah Pertumbuhan dikejar Setelah Anak Terdeteksi Stunting?
Jika si kecil sudah terdeteksi mengalami stunting, maka Mampaps harus melakukan perbaikan secepatnya untuk mengejar pertumbuhan maksimal atau biasa disebut catch up growth. Catch Up Growth akan maksimal bila dilakukan sebelum usia si kecil 2 tahun atau dalam periode 1000 hari pertamanya. Berdasarkan research, catch up growth pada anak yang dilakukan pada 1000 hari pertamanya, dapat memaksimalkan anak untuk tumbuh normal.
Meski begitu, untuk anak-anak yang baru diketahui stunting setelah usia 2 tahun, tetap bisa diperbaiki. Misalnya pada remaja (pubertas) atau pada masa lonjakan pertumbuhan (growth spurt) sampai usia 18 tahun. Meski hasilnya memang kurang maksimal.
MENGEJAR KETINGGALAN ANAK STUNTING
Pengaturan Gizi dan Pola Makan
WHO merekomendasikan pemberian MPASI untuk si kecil dalam rangka mencegah stunting dengan kriteria harus mencukupi kebutuhan nutrisi si kecil. MPASI setidaknya mengandung empat di antara tujuh hal di bawah ini:
- Umbi-umbian dan biji-bijian
- Kacang-kacangan
- Produk susu (susu, yogurt, keju)
- Daging-dagingan (ayam, sapi, ikan, dan hati ayam)
- Telur
- Buah dan sayuran yang kaya vitamin A
- Buah dan sayuran lainnya.
Pengaturan pola makan dan gizi seimbang sangat diperlukan untuk Catch Up Growth. Berikut kandungan gizi yang harus diperhatikan oleh Mampaps:
1. Kalori
Untuk pertumbuhan si kecil membutuhkan energi. Oleh sebab itu si kecil yang memiliki berat badan kurang membutuhkan ekstra kalori untuk mengejar ketinggalan BB. Kalori merupakan energi yang dihasilkan dari gabungan karbohidrat, lemak dan protein.
Asupan kalori perlu diimbangi dengan kandungan gizinya. Makanan seperti kue, permen, fast food, minuman soda merupakan asupan tinggi kalori namun rendah nilai gizinya.
2. Karbohidrat, Lemak, dan Protein
Gizi yang seimbang tersebut harus memenuhi 50-60% karbohidrat, 40% lemak bagi anak di bawah usia 2 tahun dan maksimal 30% bagi anak di atas usia 2 tahun. Karbohidrat dapat diperoleh dari kentang, nasi, pasta, gandum, dll. Sedangkan lemak yang baik bisa diperoleh dari alpukat, peanut butter, yoghurt, dll.
Selain karbohidrat dan lemak, protein juga harus dipenuhi sebesar 10-15%. Anak dengan asupan protein tinggi seperti yang terdapat pada ikan, mengalami pertumbuhan tinggi badan lebih cepat.
3. Zat Besi
Dalam masa pertumbuhan, tubuh sangat bergantung pada zat besi yang membantu mengantarkan oksigen ke sel-sel tubuh. Zat besi dapat diperoleh dari daging, makanan laut, kacang polong, kacang polong, sereal yang diperkaya dan sayuran hijau gelap.
4. Zinc
Meningkatkan asupan zinc (seng) dapat membantu meningkatkan BB yang rendah pada si kecil. The American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan daging sapi, bayam, udang dan kacang merah adalah sumber zinc (seng) yang padat.
5. Vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk penyerapan kalsium tubuh. Salah satunya dengan bantuan sinar matahari bisa meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan tulang pada si kecil. Selain dari itu, vitamin D juga bisa didapat dari susu, atau makanan suplementasi jika dibutuhkan.
Baca Juga: Yuk, Cukupi Kebutuhan Zat Besi Si Kecil Dengan Tahapan Berikut!
Konsultasi dengan Dokter Ahli
Saat si kecil terdeteksi stunting, yang terbaik adalah melakukan konsultasi dengan dokter. Selain memantau pertumbuhan si kecil secara teratur, dokter akan membantu menganalisa penyebab keterlambatan pertumbuhan si kecil.
Selain akan memantau pertumbuhan badan secara fisik, dokter biasanya akan memantau perkembangan kognitif si kecil. Dengan pemantauan dan perbaikan yang tepat, akan memaksimalkan pertumbuhan si kecil.
Baca Juga: Yuk, Tanya Seputar Kesehatan Si Kecil pada Dokter Apin
Waktu Tidur Cukup dan Berkualitas
Pertumbuhan anak sangat erat kaitannya dengan hormon, terutama hormon protein yang dihasilkan kelenjar pituitari, yaitu hormon pertumbuhan atau growth hormone. Hormon pertumbuhan ini dilepaskan sepanjang hari, namun pada anak pelepasan hormon maksimal terjadi sesaat setelah anak masuk tahap deep sleep atau tidur nyenyak.
Anak usia dini memerlukan waktu tidur sekitar 10-12 jam, sedangkan anak usia sekolah membutuhkan waktu tidur sekitar 9-11 jam. Selain waktu tidur yang cukup, kualitas tidur yang baik juga sangat penting.
Beberapa hal yang bisa Mampaps lakukan untuk memberikan kualitas tidur terbaik bagi si kecil diantaranya: mulai waktu tidur pada jam 8-9 malam, hindarkan stimulasi berlebih menjelang jam tidur, jauhkan tv dan gadget dari ruang tidur dan buat ruang tidur yang kondusif serta tenang agar si kecil bisa tidur nyenyak.
Baca Juga: Jam Tidur Anak Berantakan? Ini 5 Langkah Mengatur Pola Tidur Anak
Olahraga atau melakukan aktivitas Fisik
Melakukan olahraga dan aktivitas fisik sangat penting bagi anak untuk membantu pertumbuhannya. Beberapa olahraga sederhana yang bisa membantu anak tumbuh tinggi diantaranya: stretching, bergelantungan pada palang, skipping/lompat tali, berenang, lari santai.
Jadi, untuk Mampaps dirumah Jangan pernah putus asa mengejar pertumbuhan si kecil yang mengalami stunting. Karena semangat Mampaps adalah jalan utama si kecil untuk tumbuh lebih baik dan optimal.
Baca Juga: Biar Sehat! Yuk, Ajak Anak Olahraga Air Jenis Ini!