Awal tahun 2021 dunia maya dihebohkan dengan kabar seorang anak penjarakan ibu kandungnya. Kejadian ini terjadi di Demak, Jawa Timur yang mana Agesti Ayu Wulandari melaporkan ibu kandungnya, Sumiyatun ke polisi karena kesal dengan tingkah sang ibu.
Perceraian orangtua Ayu membuatnya memilih tinggal bersama sang ayah dan dua orang adiknya ikut dengan sang ibu, ia mengungkapkan kekesalannya pada sang ibu yang telah membuang baju-bajunya saat ia ingin mengambilnya. Nah, di sinilah pertengkaran antara sang ibu dan anak terjadi dan membuat sang anak melaporkan sang ibu ke penjara.
Anak Penjarakan Ibu Kandung
sumber gambar: headtopics.com
Meski sempat dicap sebagai “anak durhaka”, ternyata ada alasan lain mengapa Ayu penjarakan sang ibu kandung. Ia mengaku kesal dengan tingkah sang ibu baik sebelum dan sesudah bercerai dari sang ayah. Adapun alasan Ayu memenjarakan sang ibu kandungnya adalah:
Terjadinya Penganiayaan
Kasus pengaduan ke polisi bermula dari pertengkaran anak dengan sang ibu yang cukup heboh, di mana saat sang anak hendak mengambil pakaian-pakaian di rumah sang ibu untuk di bawanya namun sayang pakaian-pakaian tersebut sudah dibuang sang ibu. Sontak si anak marah dan pertengkaranpun terjadi dan membuat luka di beberapa tubuh korban.
Baca Juga: Awas Ma, Masalah Psikis Bisa Sebabkan Anak Susah Makan Lho!
Perselingkuhan Sang Ibu
Diakui sang ayah, Khoirur Rohman yang membela sang putri akan kasus anak penjarakan ibu. Ia mengatakan, sang anak kesal karena sang ibu selingkuh dengan pria lain. Bahkan Khoirur pun mengaku, bahwa ia dan sang mantan istri sudah mengalama disharmonisasi sejak 2 tahun yang lalu di mana ia mengaku telah melihat mantan istrinya selingkuh.
Adanya Penekanan dan Ancaman
Tahu dengan perselingkuhan sang ibu, Ayu mendapatkan tekanan dan ancaman dari ibunya. Menurutnya, ibu kandungnya menghabiskan uang kuliah Ayu untuk bersenang-senang dengan selingkuhannya dan menggadaikan surat mobil untuk berfoya-foya. Hal ini membuat sang ibu mengancam anaknya, untuk tidak memberitahukan ayahnya mengenai ulahnya tersebut.
Ayu mengatakan memenjarakan sang ibu agar ia mendapatkan keadilan dan kasus ini akhirnya berujung damai meski sudah melakukan mediasi beberapa kali. Semoga tidak ada kejadian seperti ini lagi ya Mampaps!
Dampak Perceraian Orangtua pada Anak
sumber gambar: cdnparenting.com
Dari kasus anak penjarakan ibu di Demak, Jawa Timur kita bisa mengambil pelajaran nih Mampaps! Di mana dampak perceraian orangtua pada anak bisa beragam, seperti yang Ayu alami adalah merasa tertekan saat ia memilih sang ayah dibandingkan ibunya. Masih banyak dampak lain dari perceraian orangtua pada anak, di antaranya:
Anak Mudah Stres dan Trauma
Stres dan trauma dari perceraian orangtua menjadi salah satu hal yang sering terjadi, terutama bagi anak yang belum memahami permasalahan orangtuanya. Biasanya anak akan merasa berkecil hati karena tidak adanya perhatian dari orantuanya bahkan merasa tidak dicintai oleh orangtuanya akibat perceraian tersebut.
Baca Juga: Waspada! Toxic Parent Bisa Berdampak Buruk pada Anak
Menjadi Orang yang Tidak Percaya Diri
Si Kecil akan menjadi orang tang tidak percaya diri di depan teman-temannya, ia akan merasa apa yang ia lakukan salah dan tidak mendapatkan dukungan dari orangtuanya sendiri. Alhasil ia juga akan menajdi anak yang rendah diri, pendiam dan tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungannya.
Apatis dalam Berhubungan
Jika dilihat dari jangka panjang, anak bisa menjadi apatis saat memulai hubungan dengan pasangannya nanti. Ia juga akan merasa takut untuk menjalankan sebuah hubungan yang serius, bahkan ia juga bisa beranggapan bahwa hubungan akan berujung pada perpisahan.
Mudah Terjerumus ke Hal Negatif
Karena tidak mendapatkan perhatian penuh dari orangtua, sang anak juga akan sangat mudah terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Seperti berisiko menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan seks bebas dan beberapa penyakit masyarakat lainnya.
Menurunnya Prestasi Belajar
Karena perceraian orantua, anak bisa mengalami tekanan dan prestasi di sekolah menjadi turun. Hal ini telah diuji dari beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa anak-anak korban perceraian cenderung bermasalah dalam perilaku yang berpengaruh pada menurunnya nilai-nilai akademik di sekolah.
Tips Tetap Menjaga Hubungan Baik Meski Telah Bercerai
sumber gambar: popsugar.com
Tidak ada satupun pasangan yang menginginkan sebuah perceraian, namun karena beberapa alasan perceraianpun terjadi dan tidak bisa dipungkiri anak-anaklah yang akan menjadi korban. Namun, dari kasus anak penjarakan ibu kita juga bisa mengambil beberapa tips berikut:
Tetap Menjaga Komunikasi yang Baik
Meski telah berpisah karena memutuskan untuk bercerai, alangkah baiknya Mampaps untuk tetap menjaga komunikasi yang baik. Hal ini berguna untuk menunjukkan kepada anak, bahwa Mama dan Papa nya masih memperhatikannya meski tidak tinggal satu rumah.
Meluangkan Waktu untuk Bersama Anak
Jangan terlalu sibuk, cobalah untuk meluangkan waktu bersama anak setelah perceraian terjadi. Memang cukup sulit jika anak belum bisa menerima hal ini, tapi dengan adanya perhatian Mampaps yang lebih meski tidak bersama anak lambat laun akan paham mengapa Mama dan Papa harus berpisah.
Jangan Pernah Menjelek-jelekkan Mantan Pasangan pada Anak
Jangan sesekali menjelekkan atau membandingkan sikap Mama atau Papa pada anak, hal ini akan memicu stres dan trauma pada Si Kecil. Ada baiknya untuk selalu saling mendukung, meski tidak bisa bersama lagi bukan berarti Mampaps membeberkan kekurangan mantan pasangan pada anak bukan? Yuk, tetap jaga perilaku dan jangan bertengkar di depan Si Kecil.
Baca Juga: Menjaga Psikologi Anak Agar Tak Mudah Memarahinya!
Berbagi Hak Asuh Anak
Jika hak asuh jatuh pada Mampaps, maka ada baiknya untuk berbagi hak asuh anak. Jangan larang anak untuk ingin bertemu Mama atau Papa nya, terlebih saat ia sedang dalam masa tumbuh kembang. Mampaps bisa membuat persetujuan setelah perceraian terjadi, misal seminggu ini Si Kecil akan di asuh Papa atau sebaliknya.
Memang semua orang terkejut dan prihatin dengan kasus anak penjarakan ibu, namun kasus ini tidak akan terjadi jika ada komunikasi yang baik antara keduanya. Semoga kita bisa mengambil hikmah pada peristiwa yang telah terjadi tersebut.