Memiliki seorang anak berkebutuhan khusus memerlukan kesabaran dan ketekunan yang begitu besar. Orang tua tersebut harus siap untuk tetap mendampingi anak dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya dan menanggapi komentar orang-orang sekitar.
Tidak hanya dalam hal bergaul di lingkungan rumah, di bidang pendidikan pun perlu penanganan khusus agar proses belajar bisa fokus sesuai kebutuhan masing-masing anak. Biasanya, anak berkebutuhan khusus (ABK) bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Baca juga: Anak Menunjukkan Gejala Autis, Apa yang Harus dilakukan?
Serba berbeda dengan perlakuan kepada anak lainnya, Mams yang memiliki ABK harus banyak menggali informasi terkait cara memperlakukan Si Kecil dengan tepat. Sebab, selain perlu mengawasi tumbuh kembangnya, Mams juga harus memastikan adanya kepercayaan diri sehingga Si Kecil tetap dapat bersosialisasi.
Siapa yang disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
Berdasarkan PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3), dapat disimpulkan bahwa yang disebut ABK adalah anak yang mengalami:
- tunanetra: hambatan dalam penglihatan
- tunarungu: hambatan dalam pendengaran
- tunawicara: hambatan dalam berbicara
- tunagrahita: anak dengan intelegensi yang berada dibawah rata-rata serta tidak mampu beradaptasi. Tunagrahita ringan (IQ: 51-70), sedang (IQ: 36-51), berat (IQ: 20-35), sangat berat (IQ dibawah 20).
- tunadaksa: hambatan gerak yang disebabkan oleh adanya sakit atau akibat kecelakaan. Juga anak yang mengalami kelainan neuro-muskular serta struktur tulang yang bersifat bawaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
- tunalaras: hambatan dalam kendali emosi dan sosialisasi
- berkesulitan belajar: gangguan pada kemampuan dasar psikologis seperti memahami dan menggunakanan bahasa, berbicara dan menulis. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan membaca, berhitung, berfikir, berbicara . Dapat juga disebabkan oleh adanya gangguan disfungsi minimal otak, brain injury, dislexia, dan afasia perkembangan.
- lamban belajar
- autis
- memiliki gangguan motorik
- menjadi korban penyalahgunaan narkotika
- obat terlarang, dan zat adiktif lain
- memiliki kelainan lain.
Baca Juga: Cari Tahu Metode Belajar Paling Tepat Untuk Diterapkan Pada Si Kecil
Cara Orang Tua Mendampingi, Mengasuh dan Membesarkan ABK
Memotivasi Anak
Sama dengan anak lainnya, anak berkebutuhan khusus juga perlu motivasi dari orang tuanya lho Mams. Justru motivasi yang diperlukan ABK lebih besar jika dibandingkan dengan anak lainnya. Jika tidak memiliki motivasi, ABK bisa semakin stres dan depresi. Tentu saja hal ini akan memperburuk kondisi psikologi anak ya Mams.
Baca juga: Anak Belum Bisa Bicara, Normal kah?
Bersekolah di Tempat yang Sesuai
ABK juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan terbaik, salah satunya adalah menyekolahkan anak di sekolah khusus ABK. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan dan peran aktif orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Mampaps bisa menyekolahkan anak di Sekolah Luar Biasa atau homeschooling yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Baca Juga: Visual, Auditori, Kinestetik. Ketahui Gaya Belajar Anak yang Sesuai!
Memberikan Bekal Keterampilan
Memiliki keterampilan hidup seperti memakai sepatu, mengenakan pakaian, dan sebagainya akan membuatnya hidup mandiri. Bila hal ini tidak dilatih justru akan menghambat kemampuan motorik pada anak.
Jika perlu, Mampaps perlu gali minat dan bakatnya dalam hal keterampilan lain seperti menari, bernyanyi, menggambar, dan sebagainya. Mendaftarkannya di tempat kursus sesuai minat dan bakatnya juga direkomendasikan jika Mampaps ingin serius mengembangkannya.
Baca juga: Kenali Bakat Si Kecil dengan Baik! Adalah Kunci Mendidik Anak Hiperaktif
Bergabung dalam Komunitas ABK
Tergabung dengan komunitas dengan anak yang memiliki kondisi sama akan menumbuhkan hal positif dari segi sosial, komunikasi dan berbagi. Tidak hanya anak, Mampaps pun akan mendapatkan banyak pengalaman berharga dari para orang tua yang tergabung di komunitas tersebut. Hal ini bisa membuat orang tua merasa tidak sendiri dan banyak teman berbagi dengan pengalaman yang serupa.
Terlebih lagi jika komunitas tersebut sering mengadakan kegiatan seperti seminar atau hal yang berkaitan dengan kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus. Tentunya hal tersebut semakin menumbuhkan hal positif bagi Mampaps dan Si Kecil.
Baca Juga: Waspada! Mitos dan Faktanya Tumbuh Kembang Anak yang Menyesatkan
Jangan Katakan ini Pada Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus!
1. “Ia tampak normal kok”
Kalimat tersebut seringkali digunakan untuk menghibur orang tua tersebut dan berusaha meyakinkan bahwa anaknya baik-baik saja. Meskipun demikian, kata “normal” sering kali menyesakkan dan menyinggung sebagian orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
2.“Apakah kelainannya karena keturunan?”
Meskipun kalimat tersebut tidak terlihat menyinggung, namun setiap orang tua pasti tidak ingin dikatakan bahwa gen bawaannya menyebabkan cerebal palsy atau autisme. Kalimat tersebut justru semakin menyudutkan orang tua. Sebab, jikapun benar karena adanya gen bawaan, itu semua di luar kendali manusia melainkan kehendak tuhan.
4. “Anak tetangga saya juga mengidap autisme, sehingga saya tahu betul bagaimana rasanya”
Meskipun terlihat memberikan simpati, namun tidak ada orang yang benar-benar mengerti apa yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
5. “Kenapa masih menambah anak?”
Perihal menambah anak bukanlah hak kita untuk berkomentar. Setiap orang tua yang merencanakan kehamilan pasti sudah memikirkan segala sesuatunya, termasuk mengurus si sulung yang merupakan anak berkebutuhan khusus.
Terutama jika kehamilan kedua merupakan anak yang belum direncanakan, kalimat tersebut hanyalah menambah beban pikiran. Padahal, kehamilan merupakan anugerah tuhan yang tidak semua orang mendapatkannya.
6. “Tuhan memberikan cobaan karena tahu Anda bisa melewatinya”
Jika dilontarkan saat suasana hati dan pikiran sedang tidak mood, kalimat itu semakin menyesakkan orang tua. Bagaimana jika ternyata orang tua tersebut merasa tidak kuat dan perlu bantuan?
Jika merasa punya cukup waktu, tawarkanlah bantuan. Meskipun pada kenyataannya jarang yang mengeluhkan kerepotannya, namun tawaran bantuan akan membuat orang tua tersebut merasa dipedulikan sekitarnya.
7. “Kenapa tidak dibawa ke tempat praktik A? Kemarin tetangga saya sembuh lho terapi disana”
Kalimat ini sebaiknya tidak dilontarkan apabila orang tua tersebut tidak menanyakan mengenai informasi tempat terapi khusus untuk ABK. Sebab, setiap orang tua pasti sudah berusaha semaksimal mungkin dalam membantu penyembuhan anaknya.
Baca juga: Kenapa Bayi Belum Merangkak? Ini Dia Cara Menstimulasinya!
Sebagai manusia, kita pasti sadar bahwa setiap orang dianugerahi keunikannya masing-masing, termasuk ABK. Tidak ada anak yang ingin terlahir “spesial” dan berbeda. Pun, tidak ada orang tua yang pernah memimpikannya. Namun, pasti ada rencana Tuhan dibalik semuanya, pelajaran dan pengalaman yang begitu berharga.
Oleh sebab itu, sebelum mendidik Si Kecil yang merupakan anak berkebutuhan khusus, Mampaps harus pastikan telah membina hati dan pikiran diri sendiri agar senantiasa bahagia. Karena Si Kecil butuh pancaran kebahagian dan rasa dicintai oleh orang tuanya. Semangat!