Selamat Hari Ibu! Hari Ibu merupakan momen yang sangat spesial, mengingat perjuangan para ibu yang luar biasa. Tapi dari sekian banyak perjuangannya, masih banyak ibu yang merasa tak berharga. Hal tersebut karena perkataan atau penilaian orang lain yang cenderung membandingkan, menghakimi atau mempermalukan korban.
Menurut survey yang dilakukan mamapapa.id, sebanyak 84% ibu pernah mengalami mom shaming. Para pelaku mom shaming datang dari orang terdekat, 45,4% mertua, 32,9% teman, 17,4% Orang tak dikenal, dan 4,3% suami sendiri.
Seperti yang dipaparkan oleh Rissa Novria, selaku Co-Founder mamapapa.id, “Shaming justru dilakukan orang terdekat. Mulai shaming dari pola asuh, pemilihan makanan, fisik bayi atau ibunya. Padahal yang mereka butuhkan adalah support bukan celaan”, jelasnya.
Tindakan mom shaming memang kerap melukai perasaan para ibu. Maka dari itu, untuk menyambut Hari Ibu, dan sebagai bentuk dukungan untuk para korban, mamapapa.id menyelenggarakan event diskusi online mengenai mom shaming.
Mamapapa.id sebagai media and community untuk orang tua baru, ingin mengajak seluruh ibu di Indonesia untuk melakukan gerakan Stop Mom Shaming, Start Mom Praising dengan mengikuti serangkaian diskusi online melalui kulwap, live IG, dan juga webinar mengenai mom shaming.
Mom shaming merupakan permasalahan yang dialami hampir semua ibu. Tindakan ini terjadi karena pelaku merasa paling berpengalaman, paling tahu banyak hal, dan paling benar, sehingga merasa perlu memberikan ‘nasihat’ yang disadari atau tidak dapat melukai mental korban. Efek yang dialami korban umumnya akan merasa malu, bersalah, hingga menganggap dirinya tak layak menjadi seorang ibu.
Padahal dalam praktiknya, setiap ibu punya cara masing-masing dalam merawat buah hatinya. Tidak ada orang tua yang sempurna, tapi setiap orang tua pasti melakukan hal terbaik untuk keluarga, khususnya anak-anaknya.
Mengenal Mom Shaming
Mom shaming adalah perilaku mempermalukan ibu lainnya dengan cara mengkritik, membandingkan, menyalahkan, atau menyudutkan. Seolah-olah menjadi ibu adalah ajang perlombaan untuk menunjukkan siapa yang paling baik dan paling benar. Ada beberapa aspek yang biasanya diriktik, antara lain:
Pola Asuh
“Kok cara kasih makan anaknya kayak begitu sih?” Kalimat seperti itu merupakan salah satu bentuk mom shaming pola asuh. Perilaku seperti ini seolah menyalahkan cara seorang ibu mengasuh anaknya.
Baca Juga: Yuk Mams Hadapi Perilaku Nyinyir Mom Shaming Berikut!
Metode Persalinan
Biasanya, ibu yang memilih metode persalinan Caesar akan mengalami mom shaming. Pelaku akan mengatakan bahwa ibu yang melahirkan Caesar bukan ibu sepenuhnya karena tidak merasakan sakitnya lahiran normal. Padahal semua metode persalinan itu sama-sama baik, dan ketulusan seorang ibu tidak bisa dinilai dari caranya memilih metode persalinan.
Menyusui
Banyak ibu yang menghadapi kesulitan dalam menyusui sang buah hati pada fase awal melahirkan. Permasalahannya biasanya dikarenakan ASI yang belum deras, si kecil yang belum pintar menyusui dan lain-lain. Masalah seperti ini kerap menjadi ajang kritik dari orang lain.
Bentuk Fisik
Bentuk fisik adalah mom shaming yang paling sering dijumpai. Bisa fisik ibu atau fisik anak. Contohnya jika si ibu mengalami kenaikan berat badan pasca melahirkan dan ia dkritik “Ih kok gendut ya sekarang!” Atau jika anak lahir dengan kekurangan fisik dan kerap mengalami hujatan dari orang sekitar. Tentunya perkataan tersebut dapat menyakiti hati korban.
Perilaku mom shaming tersebut juga dialami oleh salah satu mom celebrity yaitu Shandy Aulia. Nah, jangan sampai tindakan mom shaming ini kita lakukan pada ibu lain, seperti dalam tayangan ini, ya!
Pelaku Mom Shaming
Tanpa disadari kita pun bisa menjadi pelaku mom shaming jika meninjau bentuk-bentuk tindakan di atas. Namun seperti data yang sudah dipaparkan, pelaku mom shaming paling besar prosentasenya memang datang dari kalangan keluarga, teman dekat, lalu diikuti orang lain serta komentator di media sosial.
Dampak Mom Shaming
Tidak hanya melukai, tindakan mom shaming ini memiliki dampak yang buruk bagi kondisi psikologis korban.
- Menimbulkan rasa sedih mendalam hingga merasa bersalah atas tuduhan yang terjadi
- Menumbuhkan kekhawatiran berlebih hingga menimbulkan kecemasan
- Menurunkan rasa percaya diri bahkan menilai diri merupakan ibu terburuk.
Stop Mom Shaming, Start Mom Praising
Menilai tindakan mom shaming ini dilakukan tanpa sadar, bahkan dinilai biasa oleh para pelaku. Maka, kita yang sadar akan hal tersebut penting untuk meminimalisir dan memberhentikan perilaku ini. Satu hal terpenting jika Mama mengalami hal ini adalah “memaafkan”. Menerima kekurangan diri sendiri lalu belajar menerapkan self-love. Kemudian menjadi ibu yang lebih sehat dengan selalu menerapkan pola pikir positif serta yakin bahwa pola asuh yang kita pilih adalah yang terbaik.
Melalui gerakan “Stop Mom Shaming, Start Mom Praising”, Mamapapa.id mengajak semua mama untuk ikut menyambut hari ibu melalui kegiatan kulwap, live IG, hingga webinar yang mengupas tuntas mengenai tindakan mom shaming. Adapun detail dari rangkaian acara tersebut, di antaranya:
Kulwap Menyambut Hari Ibu
Judul: Kenali Mitos dan Masalah Menyusui Agar Tidak Kena ASI-Shaming
Pembicara: dr. Pinansia Finska Poetri – Breastfeeding Counselor & Literacy Enthusiast
Tanggal Kegiatan : Kamis, 17 Desember 2020
Waktu Kegiatan : 19.00 – 21.00 WIB
Live IG Menyambut Hari Ibu
Judul: Kena Mom Shaming karena Pola Asuh? Aku Bisa Apa?
Pembicara: Dessy Ilsanty (@dessyilsanty – Psikolog Keluarga)
Tanggal Kegiatan : Sabtu, 19 Desember 2020
Waktu Kegiatan : 19.00 WIB
Zoom Webinar Online Menyambut Hari Ibu
Judul: Stop Mom Shaming! Healing dari Perilaku Mom Shaming
Pembicara: Shandy Aulia (Mom Actress) dan Raden Prisya (Coach Well-being & Mindfulness)
Tanggal Kegiatan : Sabtu, 19 Desember 2020
Waktu Kegiatan : 19.00 WIB
Jangan lewatkan serangkaian acara menyambut Hari Ibu dengan Stop Mom Shaming, Start Mom Praising ini. Jangan lupa juga untuk mengikuti survey mom shaming ini di sini