Seiring berjalannya usia pernikahan, tingkat kebahagiaan akan semakin menurun. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian di luar negeri pada tahun 2015. Di Indonesia, angka perceraian sudah mencapai 40 pasangan per jam. Apa yang menjadi penyebab hancurnya pernikahan mereka? Pembahasan materi ini sudah diulas di kuliah whatsapp (kulwap) mamapapa.id bersama coach Lex dePraxis dari kelascinta.com. Berjudul “Sering Bertengkar? Pola Komunikasi Intim dari Hari ke Hati”, kulwap ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2020.
Kulwap ini yang berlangsung selama dua jam ini mendapat antusiasme dari para peserta. Apa saja sih pembahasan di kulwap mamapapa kali ini?
Sering Bertengkar? Pola Komunikasi Intim dari Hari ke Hati
Coach Lex dePraxis menyebutkan bahwa penyebab menurunnya tingkat kebahagiaan pasangan adalah adanya ketidakmampuan berkomunikasi. Bahkan menurut Coach @kelascinta tersebut, ketidakmampuan berkomunikasi tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya kehadiran anak.
Kehadiran Anak adalah Sebuah Tantangan
Dari grafik tersebut bisa dilihat bahwa pasangan yang belum atau tidak ada anak di rumahnya memiliki waktu yang jauh lebih banyak untuk berduaan dengan pasangannya sehingga melahirkan pola komunikasi yang lebih intim. Sedangkan bagi pasangan yang punya anak, intensitas pasangan menjadi berkurang drastis. Bahkan sedikitnya waktu yang ada pun digunakan untuk membahas anak, dan sebagainya. Hal inilah yang terkadang membuat pasangan menjadi tidak memiliki waktu untuk meningkatkan keromantisan kehangatan, serta bermanjaan.
Keharmonisan Hubungan Mampaps adalah Prioritas
Bukan berarti mengesampingkan dalam hal mengurus anak. Namun pada dasarnya anak-anak akan bahagia jika Mampaps menciptakan suasana yang bahagia pula. Dari manakah suasana bahagia di dapat jika Mampaps tidak harmonis? So, Coach Lex menegaskan bahwa keharmonisan Mampaps adalah fondasi kebahagiaan rumah tangga.
Baca Juga: Pasangan Muda, Hindari Hal Ini Agar Aman Dari Perceraian!
Cara Menghindari Pertengkaran
Yang jelas bukan dengan cara lari dari masalah karena takut , bingung atau sulit menegur pasangan. Tentu saja bukan, sebab pasangan adalah teman hidup yang seharusnya menjadi tempat bercerita mengenai apapun tanpa ragu. Memendam perasaan lama-lama justru akan membuat masalah akan menumpuk, menggunung yang sesekali dapat meledak ketika terjadi pertengkaran.
Sebaiknya, hindari perasaan “tidak enak”, “belum waktunya”, “takut jadi berantem”, dan sebagainya untuk menyelesaikan permasalahan yang terpendam di kepala masing-masing.
Tanya Jawab yang Mungkin Terjadi di Kehidupan Mampaps
Mengapa ketika Mams sudah berusaha komunikasi dari hati ke hati, Paps malah tertekan dengan kesalahannya sendiri?
Jika terjadi hal demikian, cobalah Mam mengingat kembali tentang semua perkataan yang pernah dilontarkan kepada Paps. Adakah yang menyinggung? tajam hingga menyakiti hati? menuding hingga menyerang?
Jika ada, sebaiknya gantilah kata-kata tersebut. Jika tidak ada, sebaiknya ajak Papa ke psikolog secara baik-baik. Jelaskan bahwa psikolog bukan hanya untuk orang yang sakit, tapi justru untuk orang yang mau bahagia. Namun, ajaklah disaat ia sedang tidak tertekan dan suasana sedang kondusif.
Bagaimana jika pada saat Mams mencoba membahas masalah, Paps hanya meminta maaf?
Biasanya, hal ini terjadi karena Mams terlalu banyak mendeskripsikan kesalahan dan dampak buruk dari kesalahan yang dilakukan oleh Paps. Sebaiknya, Mams juga utarakan perasaan Mams dan tunjukkan sikap apa yang sebaiknya dilakukan Papa.
Bagaimana cara mengontrol emosi menghadapi sifat cuek dari Papa?
Cobalah berbicara baik-baik pada Papa yang memiliki sifat cuek. Katakan apa yang Mams rasakan ketika Paps bersikap demikian. Lakukanlah pendekatan dengan sabar, lemah lembut dan cara lain yang disukainya.
Pengontrolan emosi dapat dilatih dengan cara menjauhi Papa dan mengatur nafas, keluar ruangan hingga mencari taman luas untuk sekadar bersantai sejenak.
Bagaimana menghadapi suami yang terlalu baik dengan rekan wanita sehingga membuat wanita tersebut agresif dan Mams cemburu?
Sebaiknya Mams tanyakan kepada Paps, seagresif apa wanita tersebut di kantor? Apakah juga agresif dengan laki-laki lainnya? Biarkan Paps menjabarkan semuanya mengenai aktivitas rekan kerjanya tersebut.
Cemburu adalah ketika Mams merasa kalah dari orang tersebut. Jika perlakuan Paps ke Mams di ruamh baik-baik saja, apa yang mau ditakutkan? Bukankah Paps menganggap Mams lebi berharga dari siapapun? Mengubah pikiran menjadi positif juga diperlukan untuk kestabilan emosi dan api cemburu.
Kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dari hati ke hati?
Saat yang tepat adalah ketika tidak ada emosi. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah based mood. Kalau mood nya lagi oke, silahkan dibahas. Yang kedua adalah based time, tentang waktu yang tepat. Jika Mampaps sedang di perjalanan sebaiknya tidak membahas perasaan.
Hal yang ketiga adalah based places. Berkomunikasi dari hati ke hati biasanya paling pas ketika sedang makan malam dan sebelum tidur. Waktu 10-15 menit sebelum tidur merupakan waktu yang pas untuk berbicara dari hati ke hati.
Baca Juga: Yuk Gabung di WA Group (WAG) Mamapapa.id
Mengikuti kuliah whatsapp atau kelas untuk meningkatkan kapasitas diri maupun keharmonisan rumah tangga merupakan hal yang penting. Terutama jika dihadiri oleh Mama dan Papa.
Belajar dan mempraktikan materi di dalam kehidupan secara beriringan akan membuat Mampaps semakin dimengerti dan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan pasangan. Yuk gabung di kulwap mamapapa.id berikutnya.