Beberapa waktu lalu, COVID-19 heboh dengan klaster penularan terbarunya yakni klaster perkantoran. Hal ini dapat terjadi ketika pekerja kantoran melakukan meeting atau kontak fisik ketika sedang berada di kantor. Padahal, tidak semua pekerja menggunakan kendaraan pribadi. Selain menularkan teman di kantor, seseorang yang positif COVID-19 juga sangat berpotensi melukarkan ke keluarga di rumah. Apakah penyebaran virus corona di klaster rumah tangga akan memperbanyak kasus baru?
Penyebaran Corona di Klaster Rumah Tangga
Seperti kasus beberapa waktu lalu mengenai beberapa warga Depok positif yang ternyata masih keluarga dan tinggal di satu atap. Setelah ditelusuri, ternyata salah satu dari anggota keluarga tersebut adalah bekerja di Jakarta dan menggunakan commuter line untuk pulang-pergi.
Hal inilah yang diduga menjadi pencetus adanya klaster baru, yaitu penyebaran corona di klaster rumah tangga. Pembagian klaster penyebaran covid-19 ini dibuat guna meudahkan satgas dalam melakukan penulusan.
Klaster-klaster Penyebaran Corona
Selain munculnya penyebaran corona di klaster rumah tangga, berikut beberapa klaster penyebaran covid-19 yang sudah diumumkan pemerintah.
Klaster Pemukiman Padat
Pemukiman padat penduduk biasanya memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Sering berkerumun serta mengunjungi rumah satu sama lain menjadi hal yang biasa. Saat ini tetap tetap terjadi di tengah pandemi, tidak heran jika muncul klaster pemukiman padat. Adanya aktifitas ke warung, berbelanja di tukang sayur keliling juga membuat potensi penularan semakin tinggi.
Pasar
Selain pasar, pusat pelelangan ikan juga menjadi klaster penyebaran covid-19. Hal ini karena banyaknya orang yang berkerumun untuk mencari kebutuhan hidup melalui aktifitas jual-beli. Sayangnya, di beberapa kota/daerah hingga saat ini masih ada pedagang atau pembeli yang masih enggan menggunakan masker.
Perkantoran
Pemberlakuan kembali bekerja di kantor memicu terbentuknya klaster penyebaran covid-19 yang satu ini. Oleh sebab itu, hingga saat ini masih ada perusahaan besar yang tetap menerapkan work from home (WFH) demi kebaikan bersama
Klaster Rumah Ibadah
Rumah ibadah pernah menjadi klaster penyebaran covid-19. Kini, sebagian besar rumah ibadah sudah dibuka kembali dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Seperti menggunakan masker, berjaga jarak, mencuci tangan sebelum memasuki ruangan, dsb. Sayangnya, rumah ibadah yang berada di daerah atau pelosok sudah tidak menerapkan protokol kesehatan seperti sebagaimana mestinya. Namun saat ini belum ada lagi kasus terbaru yang berasal dari klaster ini.
Klaster Rumah tangga
Sulitnya pengawasan di lingkup keluarga membuat terciptanya klaster baru dalam hal penularan COVID-19. Intensitas denga keluarga memang sangat penting dijaga sekalipun sedang pandemi.
Namun, protokol kesehatan juga harus tetap dilaksanakan. Seperti misalnya tidak menyentuh apapun sebelum membersihkan badan serta mengganti baju sepulang dari bepergian atau bekerja. Selain itu, selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyentuh benda-benda juga perlu dilakukan. Kebiasaan seperti menyentuh area wajah seperti hidung, mulut dan mata juga perlu dihilangkan ketika pandemi ini.
Bagaimana dengan Isolasi Mandiri
Isolasi mandiri menjadi solusi ketika pasien covid tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, kabarnya isolasi mandiri ini akan dihapuskan karena justru malah menambah penyebaran corona di klaster rumah tangga. Jika demikian, pemerintah harus memberikan sarana khusus untuk isoalasi mandiri.
Nah, jika isolasi mandiri terap ada. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait isolasi mandiri di rumah.
- Menerapkan prtokol kesehatan di dalam rumah, seperti menggunakan masker bagi pasien dan keluarga, menyediakan tempat cuci tangan bersamaan dengan sabun, serta menjaga jarak.
- Pasien di tempatkan di ruangan yang memiliki ventilasi udara yang baik.
- Ruangan untuk pasien harus memiliki kamar mandi sendiri agar tidak bercampur dengan anggota keluarga lainnya.
- Pasien diberikan alat makan, ibadah, alas kasur, ddan sebagianya yang berbeda dengan anggota keluarga lainnya (khusus untuk pasien).
- Anggota keluarga lain dilarang memasuki ruangan pasien selama 14 hari.
- Pasien dilarang keras pergi ke luar rumah selama 14 hari atau hingga hasil pemeriksaan pasien negatif.
- Memisahkan pencucian pakaian pasien dengan pakaian anggota keluarga lainnya.
Mampaps, sudahkah menerapkan protokol kesehatan yang benar ketika di rumah? Yuk, cegah diri dan keluarga dari COVID-19 agar penyebaran corona di klaster rumah tangga tidak bertambah, kita bisa memulai langkah pencegahan dengan cara mengikuti protokol kesehatan yang berlaku!