Meskipun kebanyakan Mama bahagia saat hari persalinan tiba, tidak sedikit juga Mama yang mengalami trauma. Lebih parahnya lagi, tidak jarang dari mereka yang merasakan pergejolakan batin yang berkepanjangan. Dampaknya, raut bahagia yang mestinya terpancar dari seorang ibu pun tak lagi terlihat. Gejala ini sering disebut dengan istilah baby blues. Penyebab baby blues harus kita ketahui lebih lanjut untuk menghindarinya.
Masih ingatkah dengan kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya sendiri? Pembunuhan oleh ibu muda terhadap bayinya yang masih berusia 3 bulan ini membuat banyak orang tua geram. Secara logika, hal ini tidak masuk akal. Di tengah banyaknya orang yang menantikan kehadiran sang buah hati, ada seorang ibu yang sampai hati menghilangkan nyawa anaknya.
Ya, begitulah baby blues syndrome ketika menyerang pasiennya. Tanpa ada logika dan perasaan, hal-hal yang demikian dapat terjadi dengan mudahnya. Mengerikan bukan? Itulah mengapa penderita baby blues syndrome perlu segera mendapatkan pertolongan agar tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan.
Namun, sudah mengertikah Mama tentang baby blues syndrome? Apa ciri-ciri dan penyebabnya? Yuk simak tulisan berikut.
Kenali Baby Blues Syndrome
Apa Sih Baby Blues Syndrome?
Baby Blues Syndrome merupakan gangguan psikologis sementara yang biasanya terjadi setelah melahirkan. Menurut dr. Irawati Sp.Kj, Baby Blues Syndrome dapat terjadi karena adanya berbagai faktor, salah satunya yaitu ibu yang tidak siap menyambut kelahiran Si Kecil.
Seperti istilah blues yang berarti “tekanan”. Kebanyakan ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome tidak menyadari bahwa tanggung jawabnya bertambah seiring lahirnya si Kecil. Beberapa masalah yang terjadi menjadi tekanan besar baginya, seperti produksi ASI yang sedikit, lahir secara caesar, serta berat badan bayi di bawah normal.
Menurut penelitian, dibandingkan dengan ibu dengan berat badan bayi normal, ibu dengan berat badan bayi di bawah normal biasanya memiliki peluang lebih besar sebanyak 3.64 kali untuk mengalami Baby Blues Syndrome.
Baca juga: Bahaya Depresi Pasca Melahirkan
Penyebab Baby Blues Syndrome
1. Faktor Internal
Pasca melahirkan, pada umumnya Mama akan merasa kelelahan, terutama pada kehamilan pertama. Sebagian ibu baru merasa ‘kaget’ dengan rutinitas yang berubah drastis, kurangnya istirahat seringkali membuat pikiran bertambah kacau. Disaat-saat seperti inilah yang membuat Mama menjadi mudah emosi. Apalagi disertai penurunan kadar hormon secara drastis setelah bayi lahir bisa menjadi pemicunya.
Belum lagi jika produksi ASI tidak berjalan sesuai ekspektasi, segala solusi dicari dan dicoba. Beberapa Mama menyerah dan langsung memberikan susu formula karena tangisan Si Kecil yang tak henti-henti. Padahal sejak awal kehamilan sudah membayangkan bahagianya bertatapan dengan Si Kecil saat menyusui.
Bukan berarti susu formula adalah keputusan yang salah, namun ada sebagian Mama yang merasa bersalah saat melakukannya dan merasa tertekan sebab tidak bisa berbuat apa-apa. Perlu adanya peran Papa untuk menenangkan dan menyadarkan Mama bahwa semua akan baik-baik saja.
2. Faktor Eksternal
- Mom shaming
Kalimat nyinyir yang paling menyakitkan adalah kalimat yang justru datang dari keluarga terdekat, suami misalnya. Tidak jarang suami menganggap ‘lebay’ atau ‘manja’ ketika Mama menceritakan keluh kesah yang dirasakannya paska melahirkan. Padahal, di saat-saat inilah Mama justru membutuhkan dukungan meski hanya sebatas kalimat. Membantu Mama dalam melakukan pekerjaan rumah pasca melahirkan pun sudah membuat Mama senang kok, Paps.
Tidak hanya itu, Papa juga harus ‘pasang badan’ ketika orang tua atau mertua mulai mengomentari Mama sesudah melahirkan. Banyak yang tidak sadar bahwa kalimat yang katanya nasihat tersebut membuat Mama stres bahkan berakhir dengan trauma sehingga menjadi penyebab baby blues yang berakibat fatal. Pembelaan Papa terhadap Mama di depan setiap orang yang mencibirnya merupakan hal yang berharga bagi Mama.
- Pola asuh
Pada umumnya, orang tua atau mertua akan membantu anak dan menantunya pasca melahirkan. Mereka menginap beberapa hari di rumah Mama untuk sekadar membantu memandikan, serta menggendong Si Kecil. Namun, terkadang ada kebiasaan yang tidak sesuai dengan prinsip Mama, memakaikan bedak pada Si Kecil misalnya. Mau melarang pun takut berbuntut menjadi masalah panjang, akhirnya hanya panik sendiri dan tertekan. Padahal, hal-hal semacam ini bisa diselesaikan dengan komunikasi. Lagi-lagi peran Papa dibutuhkan untuk membantu agar komunikasi menjadi lancar.
Baca juga: Perbedaan Postpartum Depression dan Baby Blues Syndrome
Ciri-Ciri Awal Baby Blues Syndrome
Berikut merupakan ciri-ciri awal Baby Blues Syndrome yang perlu diwaspadai.
- Mama mendadak tidak nafsu makan
- Mudah lesu dan merasa tidak berdaya
- Tidak pernah meminta pertolongan karena merasa tidak ada yang peduli
- Sering merasa sedih hingga menangis tanpa alasan yang jelas
- Khawatir berlebihan terhadap hal-hal kecil
- Berubah menjadi tidak sabaran dan lebih sensitif
- Mudah mengerutu saat sedang mengurus Si Kecil
- Mama mengalami kesulitan tidur
- Menatap Si Kecil dengan tatapan amarah
- Sulit berkonsentrasi terhadap rutinitas sehari-hari, misalnya lupa mematikan keran hingga air membludak dan terbuang
- Membiarkan bayi yang sedang menangis
- Sering melamun dan terlihat berantakan
- Sedikit interaksi dengan keluarga dan tamu yang berkunjung
- dsb.
Baca juga: Paps, Bantu Mama Atasi Baby Blues Syndrome Sebelum Berbahaya!
Jika Mama merasakan hal-hal tersebut, segeralah bicarakan dengan Papa. Seseorang yang mengalami Baby Blues Syndrome butuh seseorang untuk sekadar bercerita dan mencari solusi terbaik. Papa pun demikian, jika melihat tanda-tanda tersebut pada Mama, rangkul dan bicarakan baik-baik. Beri Mama kejutan-kejutan yang disukainya, mengajaknya bermain ke luar rumah sesekali juga diperlukan untuk merefresh otak dan membuat pikirannya kembali positif. Semangat melawan baby blues, Mampaps!