Penyakit scabies atau yang biasa disebut kudis merupakan gangguan kulit yang diakibatkan oleh parasit. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan pasien scabies maupun tidak langsung seperti bantal, selimut, baju, dan sebagainya.
Penularan scabies dapat terjadi dari manusia ke manusia, binatang ke manusia, hingga manusia ke binatang. Oleh sebab itu Mampaps perlu berhati-hati jika hewan peliharaan mengalami gejala-gejala scabies.
Penyakit scabies bukan penyakit yang mengancam jiwa, namun pada ibu hamil tentu harus lebih diperhatikan karena obat yang diberikan dapat berdampak pada janin dalam kandungan. Akankah scabies menular kepada janin? Yuk cari tahu lebih jauh Mams!
Baca Juga: Bayi Sering Dipegang Mudah Tertular Penyakit Kulit Pada Anak?
Penyakit Scabies Pada Ibu Hamil
Kehamilan merupakan kondisi yang mengharuskan Mampaps lebih berhati-hati dan peduli terhadap keadaan janin. Segala bentuk yang mengkhawatirkan ketika masa kehamilan sebaiknya segera dikonsultasikan dengan pihak yang ahli. Mama bisa berkonsultasi dengan dokter kulit agar bisa mendapatkan pengobatan yang aman.
Parasit (yang biasanya berupa tungau), merupakan penyebab adanya scabies pada kulit manusia. Tungau memiliki panjang kurang dari setengah milimeter sehingga sulit terlihat oleh mata telanjang. Biasanya, tungau hanya akan terlihat menyerupai bintik-bintik kecil. Jika dilihat lebih dalam dengan menggunakan mikroskop, parasit akan terlihat jelas dan dapat mengidentifikasikan tungau, telur, hingga kotoran tungau.
Bahayakah Scabies Pada Ibu Hamil?
Scabies tidak membayakan janin. Meskipun demikian, penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan reaksi pada janin. Scabies bisa ditularkan pada bayi bila ia lahir.
Ciri-ciri Penyakit Scabies
Ciri scabies umumnya tidak dikenali karena mirip gigitan serangga atau jerawat. Namun bisa dibedakan dengan adanya tanda seperti terowongan di daerah kulit tipis. Terowongan ini diciptakan tungau betina yang masuk tepat dibawah permukaan kulit untuk meletakan telurnya.
Selain itu, gatal semakin menjadi di malam hari karena ini adalah waktu tungau lebih aktif. Tempat favorit tungau dalam tubuh biasanya terdapat pada sela jari, lipatan pergelangan tangan dan siku, lipatan payudara, selangkangan serta sekitar pinggang dan pusar.
Pengobatan Penyakit Scabies
Penanganan pertama yang biasanya disarankan oleh tenaga medis untuk mengobati scabies adalah dengan pemberian obat-obatan berupa salep dan obat gatal.
Termasuk penyakit yang tergolong menular, bagaimana jika scabies terjadi pada ibu hamil? Mama harus memeriksakannya ke dokter untuk mendapatkan resep obat agar dosis yang dikonsumsi sesuai dengan ketentuan dari obat tersebut.
Terlebih lagi dalam kondisi hamil, Mams harus benar-benar hati-hati dalam mengonsumsi obat. Oleh sebab itu, setiap berobat pastikan dokter mengetahui kondisi Mama yang sedang mengandung untuk penyesuaian resep obat. Untuk kasus scabies, biasanya ibu hamil akan diberikan obat gatal alergi atau obat scabies. Beberapa obat yang biasa diberi adalah jenis obat Permethrin atau Chlorpheniramine (CTM).
Baca juga: Memelihara Kucing saat Hamil Sebabkan Infeksi Virus Tokso?
-
Permethrin
Bahan aktif permethrin merupakan obat oles yang biasanya digunakan untuk pengobatan scabies. FDA (Food Drugs Administration) menyebutkan bahwa penggunaan permethrin pada ibu hamil termasuk tidak beresiko menurut beberapa penelitian.
Penggunaan permethrine harus sesuai dengan resep dokter, yakni mengoleskan di hari pertama 8-12 jam dan mengoleskannya diseluruh tubuh kecuali area wajah. Selanjutnya dilakukan pengulangan dengan treatmennt yang sama pada satu minggu kemudian.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ibu hamil yang menggunakan permethrin tidak mengalami efek samping pada janin. Oleh sebab itulah permethrine biasa digunakan sebagai obat oles untuk scabies pada ibu hamil. Meski dikatakan aman untuk kehamilan, namun tetap kemungkinan adanya efek samping seperti iritasi, alergi, kemerahan, hingga rasa terbakar.
Oleh sebab itu, Mams harus tetap mengonsultasikan kondisi kandungan ketika akan menggunakan permethrin dan pastikan gunakan sesuai petunjuk dan resep dokter untuk menghindari hal-hal yang membahayakan janin.
-
Chlorpheniramine (CTM)
Jenis chlorpheniramine maleat merupakan obat antihistamin yang dapat menekan reaksi alergi, dengan cara mengurangi rasa gatal pada kulit. Chlorpheniramine dikategorikan aman untuk dikonsumsi pada ibu hamil, namun harus tetap dalam pengawasan tenaga medis. Pengawasan disini dilakukan dengan cara memberikan resep dengan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi scabies yang dialami ibu hamil.
Meskipun masih tergolong aman, munculnya efek samping tetap mungkin terjadi selama masa pengobatan. Efek samping yang mungkin dialami ketika mengonsumsi chlorpheniramine yakni mual, muntah, sembelit, nafsu makan berkurang, sakit kepala, mengantuk, sulit buang air kecil, gangguan penglihatan, hingga mulut, hidung, dan tenggorokan terasa kering.
Yang harus dilakukan untuk mengurangi tingkat keparahan dan penularan scabies
Tidak hanya obat dan krim oles, Mampaps juga harus melakukan beberapa kebiasaan baik berikut ini agar scabies tidak semakin parah dan mengurangi risiko menular pada anggota keluarga lainnya.
- Setiap anggota keluarga yang belum terserang turut diberi obat oles untuk mencegah penularan
- Menggunakan air panas saat merendam dan mencuci pakaian, sprei, handuk , dan yang memiliki kontak langsung dengan kulit serta menjemurnya di bawah terik matahari
Terkena scabies ataupun tidak, menjelang kelahiran si kecil, Mampaps harus memastikan lingkungan sekitar bersih ya. Terutama tempat tidur dimana si kecil akan banyak menghabiskan waktunya disana saat awal-awal kelahirannya.
Baca juga: Selain Mitos Kehamilan, Banyak Mama yang Tidak Tahu Fakta Kehamilan ini!