Kontrasepsi digunakan dengan tujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, atau untuk tidak berencana untuk mempunyai atau menambah si kecil lagi. Tetapi seringkali Mama enggan menggunakan kontrasepsi dengan alasan efek samping yang akan timbul, terutama menggunakan KB hormonal seperti pil atau suntik KB. Nah, kontrasepsi non hormonal ini bisa menjadi pilihan Mama. Karena efek samping yang timbul tersebut biasanya akibat kontrasepsi yang didalamnya mengandung hormonal.
KB non hormonal artinya tidak mengandung hormon estrogen maupun progesteron, Sehingga, penggunaannya tidak mempengaruhi kondisi hormonal dalam tubuh. Metode kontrasepsi non hormonal antara lain:
1. Metode Kalender
Metode alamiah yang paling sering digunakan adalah penggunaan sistem kalender atau pantang berkala. Caranya dengan menghindari hubungan seksual pada masa ovulasi, kira-kira 14 hari setelah hari pertama menstruasi.
Keuntungan:
- Tidak membutuhkan biaya.
- Meningkatkan keharmonisan Mampaps karena menghitungnya secara bersamaan.
- Tidak ada pengaruh dengan hormon.
Kerugian:
- Mampaps bisa terjadi kesalahan menghitung.
- Membutuhkan pencatatan yang lama.
- Tidak dapat digunakan untuk Mama yang siklus menstruasinya tidak teratur.
2. Metode Senggama Terputus
Senggama terputus dilakukan dengan mencabut Mr. P Papa dari Ms. V si Mama ketika sebelum terjadi klimaks ketika Mampaps berhubungan intim.
Keuntungan:
- Kontrasepsi alami.
- Mudah dilakukan jika tidak mempunyai pilihan kontrasepsi lain.
- Tidak membutuhkan biaya.
Kerugian:
- Untuk beberapa orang metode ini sulit, karena membutuhkan kontrol diri.
- Masih beresiko untuk Mama hamil.
- Tidak melindungi dari penyakit menular seksual (PMS).
Baca Juga: Berhubungan Intim Setelah Melahirkan? Yuk, Lakukan Dengan Cara Ini
3. Kondom
Fungsi kondom sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan juga menghindari penularan penyakit kelamin pada saat melakukan hubungan suami istri. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet lateks dan dipakaikan pada alat kelamin Papa sebelum melakukan hubungan suami istri.
Keuntungan:
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Mudah didapat serta tersedia berbagai ukuran, gaya dan warna.
- Tidak permanen dapat dilepas setelah berhubungan.
- Mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual.
Kerugian:
- Kondom dapat robek atau terlepas saat digunakan.
- Dapat menyebabkan alergi pada mereka yang alergi terhadap lateks.
- Beberapa pasangan mengeluhkan kondom mengganggu ketika berhubungan.
4. Spermisida
Spermisida itu sendiri adalah alat kontrasepsi berupa cairan kimia yang dapat mencegah kehamilan. Cara kerja spermisida adalah membunuh sperma sebelum bisa berenang masuk mencapai dalam rahim.
Alat kontrasepsi spermisida bisa berupa foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
Keuntungan:
- Mudah didapat dan terjangkau.
- Tidak memiliki efek jangka panjang.
Kerugian:
- Kurang efektif, karena penggunaanya membutuhkan alat lain seperti kondom, dll.
- Membutuhkan waktu.
- Tidak melindungi dari penyakit menular seksual (PMS).
5. Diafragma
Diafragma adalah cakram berbentuk kubah dari karet yang dangkal, dengan bagian badannya yang fleksibel sehingga dapat ditempatkan dengan baik di dalam vagina yang kemudian mampu menutupi leher rahim dan mencegah setiap sperma mencapai rahim.
Keuntungan:
- Mudah didapat dan terjangkau.
- Relatif mudah untuk menyisipkan dan melepasnya.
Kerugian:
- Harus menunggu 6 jam untuk melepaskannya setelah melakukan hubungan seksual.
- Bisa menyebabkan iritasi.
- Jika Mama lupa melepaskannya bisa menyebabkan infeksi.
6. IUD
Alat ini adalah perangkat plastik kecil berbentuk “T” yang dimasukkan ke dalam rahim wanita oleh perawat atau dokter yang terlatih.
Beberapa jenis IUD hanya berbentuk plastik, beberapa jenis lainnya dibungkus dengan tembaga. Ada IUD yang mengandung hormon ada juga yang tidak.
Keuntungan:
- Sangat efektif.
- Hanya perlu dipasang setiap 5-10 tahun sekali.
- Tidak ada pengaruh terhadap ASI.
Kerugian:
- Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian.
- Mengalami sedikit ketidak-nyamanan setelah IUD dipasang.
- IUD dapat keluar sendiri pada waktu mengedan, khususnya pada bulan-bulan pertama pemakaian, jadi sangat penting memeriksakan talinya.
- Hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis.
- Tidak dianjurkan untuk digunakan oleh Mama yang mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS).
So, jika Mampaps berencana untuk melakukan kontrasepsi non hormonal, jangan lupa dibutuhkan kerjasama baik dari Mama dan juga Papa loh..
Baca Juga:
Apa itu KB Steril?
KB Spiral Berbahaya atau Tidak?6 Metode KB tanpa Pil
Cegah Kehamilan Tanpa Alat KB
Apa Ya Pil KB Yang Bagus Buat Mama?