Saat si Kecil masuk sekolah, merupakan moment membanggakan buat Mampaps ya? Terbayangkan lucu nya si Kecil dengan baju seragam dan berjalan ke sekolah dengan semangat. Namun jangan heran akan muncul masalah anak ketika pertama kali masuk sekolah.
Yuk simak masalah yang seringkali dialami Mampaps saat si kecil mulai masuk sekolah! Jangan khawatir, Mampaps pasti bisa menghadapinya kok.
Hiperaktivitas
Hiperaktivitas merupakan aktivitas motorik yang tinggi dengan ciri-ciri aktivitas selalu berganti, tidak mempunyai tujuan tertentu, berulang dan tidak bermanfaat. Ini merupakan masalah yang paling sering muncul ketika anak pertama kali masuk sekolah.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku si kecil yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Si kecil akan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.
Pengaruh yang konkrit pada si kecil yang hiperaktif adalah kurangnya perhatian terhadap pelajaran, si kecil sering gagal pada tugas-tugas yang diberikan, di dalam kelas si kecil juga mengganggu proses belajar mengajar karena sering berlari, berjalan, atau berteriak.
Mampaps jangan takut sikap tersebut akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia dan sebagian akan menghilang pada waktu masa remaja. Hal ini dikarenakan si kecil belum terbiasa mengikuti rutinitas sekolah.
Cara mengatasinya:
- Anak hiperaktif sebagian besar disebabkan karena gangguan fisik. Bila seiring waktu hiperaktivitas si kecil tidak berkurang, maka diperlukan kelas khusus. Dibutuhkan penanganan multidisiplin mulai dari orang tua, pendidik, psikolog anak dan dokter yang ahli serta konsistensi dalam menerapkan disiplin.
- Tunjukkan sikap tegas tapi tak perlu marah.
- Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan si kecil, sebaiknya Mampaps cari tahu penyebabnya.
Temper Tantrum
Masalah lain yang muncul ketika anak pertama kali masuk sekolah adalah Temper Tantrum. Merupakan hal yang wajar jika si kecil yang berusia 4 tahun mudah meledak atau “ngambek”, sebab si kecil sudah mampu mengekspresikan kemarahan, kekecewaan atau kecemasan.
Tetapi perilaku seperti ini tidak boleh dibiarkan berlanjut hingga dewasa. Peristiwa si kecil yang menangis di lantai akibat kemauannya tidak dipenuhi, atau si kecil menjerit-jerit ketika ia tidak mendapatkan mainan yang diinginkannya atau direbut anak lain, peristiwa inilah yang dikenal dengan temper tantrum.
Temper tantrum adalah suatu letupan amarah si kecil yang sering terjadi pada saat si kecil menunjukkan sikap penolakan. Perilaku ini sering kali disertai menangis dengan keras, berguling-guling, memukul-mukul, menendang, dan sebagainya.
Bahayanya Mampaps, setiap kali ia mengamuk keinginannya dituruti, maka ia akan menjadikannya “senjata” untuk dipenuhi keinginannya. Selain itu, menjadikan si kecil menjadi sifat temperamen pemarah, serta suka mengambek.
Cara mengatasinya:
- Mampaps harus mempunyai sikap yang tenang, lemah lembut, dan tidak terpancing untuk ikut marah.
- Mengenali kebiasaan-kebiasaan dan kondisi seperti apa munculnya tantrum pada si kecil.
- Ketika tantrum terjadi maka hendaknya memastikan segalanya aman.
- Ketika tantrum telah berlalu maka jangan diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, atau teguran maupun sindiran-sindiran. Berikanlah rasa cinta dan aman pada si kecil.
- Jangan berikan reward untuk menghentikan tantrum si kecil. Misalnya dengan membujuk membelikan mainan bila si kecil berhenti mengamuk. Hal ini sama saja seperti memberikan hadiah atas kelakuan buruk si kecil.
Baca juga: Perkembangan Si Kecil Masuk Sekolah TK (Taman Kanak-kanak)
Sulit Konsentrasi
Si kecil yang mempunyai sikap seperti ini salah satu penyebabnya adalah si kecil memiliki masalah gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan sulit berkonsentrasi atau gangguan pemusatan perhatian (GPP) adalah suatu gangguan pada otak yang mengakibatkan kesulitan konsentrasi dan pemusatan perhatian.
80% si kecil yang mengalami GPP memperlihatkan kesulitan belajar dan kelainan perilaku. Sebagai pertimbangan si kecil yang dinyatakan memiliki gangguan pemusatan perhatian atau kesulitan berkonsentrasi, maka gejalanya harus tampak sebelum usia 7 tahun, dan bertahan selama paling sedikit 6 bulan.
Si kecil dengan permasalahan ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian sangat berpengaruh, karena si kecil sering gagal dalam mengerjakan tugas secara detail. Tentunya ini akan menjadi masalah saat anak pertama kali masuk sekolah.
Jika perilaku ini berlanjut, maka ia akan menjadi individu yang kurang bisa menimba ilmu, mengabaikan tugas, mudah terganggu stimulus dari luar, bahkan menjadi orang yang mudah lupa.
Cara mengatasinya:
- Mengajarkan dan menguatkan perhatian yang terfokus dan mendetail. Si kecil dibimbing bersama untuk memperhatikan sesuatu dengan seksama.
- Dalam menata ruangan, haruslah rapi sehingga si kecil tidak cepat beralih perhatiannya.
- Memberi pujian kepada si kecil, bila si kecil dapat berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.
Inilah Mampaps beberapa masalah yang akan muncul saat anak pertama kali masuk sekolah. Teruslah memberikan si kecil dukungan, ajarkan si kecil sikap yang benar sehingga si kecil dapat tumbuh dan berkembang tanpa ada masalah.
Namun, Mampaps jika cara-cara Mampaps tidak berhasil, Mampaps dapat berkonsultasi dengan dokter ahli atau psikolog untuk membantu mengatasi masalah perilaku pada si kecil ini.
Perhatikan juga apakah si kecil memang sudah siap untuk masuk sekolah. Cek disini untuk melihat Tanda Kesiapan Si Kecil.