Saat si kecil keliatan pendek dibanding sebayanya, tentu membuat Mampaps khawatir. Tubuh pendek atau sering disebut stunting pada anak bukan hanya sekedar masalah tubuh pendek ya, Mams. Dampak stunting bisa mempengaruhi kesehatan si kecil dalam jangka panjang. Mencari tahu penyebab stunting serta mengatasinya sedini mungkin, bisa mengurangi dampak stunting pada si kecil.
Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:
- Jangka Pendek : Terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
- Jangka Panjang: Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua.
Baca Juga: Anak Memiliki Tubuh Pendek, Masalahkah?
1000 Hari Periode Emas si Kecil
Stunting dapat diketahui bila si kecil sudah ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar. Bila hasilnya berada dibawah normal, maka anak dinyatakan stunting. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya
Mama Papa Harus tahu
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Mampaps, penyebab stunting pada si kecil dimulai dari saat Mama hamil, kelahiran sampai si kecil berusia 2 tahun dan sering juga disebut 1000 hari pertama kehidupan. 1000 hari pertama ini merupakan periode emas yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembang si kecil. Dimana perbaikan gizi pada anak stunting bisa dioptimalkan dalam periode ini.
Banyak orang tua baru mengetahui si kecil stunting setelah si kecil masuk usia sekolah, membandingkannya dengan teman sekelas. Di masa itu, perbaikan gizi anak stunting tidak lagi maksimal dan sulit dikembalikan.
Oleh karena itu Mampaps harus mencari tahu sedini mungkin kemungkinan penyebab stunting pada si kecil agar bisa segera memperbaikinya sebelum terlambat.
Penyebab Stunting
1. Saat Kehamilan
Pengukuran LILA < 23,5cm
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm.
Berbeda dengan berat badan yang bisa naik turun dengan cepat, LILA dapat menunjukkan status gizi masa lampau karena perlu waktu lama untuk berubah. Sehingga LILA bisa digunakan sebagai pengukuran yang efektif dan efisien untuk mengetahui status gizi Mama.
Ibu hamil dengan KEK merupakan salah satu penyebab stunting pada bayi. Karena ibu berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak segera ditangani dengan baik akan berisiko mengalami stunting
Anemia pada Ibu Hamil
Penyebab stunting lainnya adalah anemia pada ibu hamil, terutama anemia defisiensi besi. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya. Ibu hamil dengan kekurangan berat badan atau anemia selama masa kehamilan lebih mungkin memiliki anak stunting, bahkan berisiko menjadi kondisi stunting yang akan terjadi secara turun-temurun.
Konsumsi Alkohol Berlebih
Ibu hamil yang mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol saat sedang hamil beresiko akan melahirkan anak dengan sindrom alkohol janin (Fetus Alcohol Syndrome/FAS) yang juga dapat mengalami stunting.
Baca Juga: Mama Harus Tahu: Minuman yang dilarang untuk Ibu Hamil
2. Kondisi Bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR, yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik.
ASI Ekslusif
ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisinya. Konsumsi ASI juga meningkatkan kekebalan tubuh si kecil sehingga menurunkan risiko penyakit infeksi. Sampai usia 6 bulan, si kecil direkomendasikan hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral).
Bila asupan gizi untuk si kecil kurang memadai, misalnya si kecil diberikan air putih atau teh sebelum berusia enam bulan hal inilah yang dapat menyebabkan anak menjadi stunting.
Setelah usia 6 bulan, di samping ASI diberikan makanan tambahan. Saat menyiapkan MPASI, Mama juga sangat penting untuk memperhatikan keseimbangan dan kebutuhan gizi si kecil.
Baca Juga: Saat ASI Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Nutrisi Si Kecil, Manfaatkan Saja MPASI!
Infeksi
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi.
Kelainan Endokrin
Kelainan endokrin dalam faktor penyebab terjadinya stunting berhubungan dengan defisiensi GH, IGF- 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes melitus, diabetes insipidus, rickets hipopostamemia.
3. Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat memicu stunting pada si kecil. Ada hubungan antara pertumbuhan si kecil dengan sanitasi rumah tangga.
Kontaminasi dalam jumlah besar seperti bakteri fekal oleh anak-anak kecil ketika meletakkan jari-jari kotor atau barang-barang rumah tangga di mulut mengarah ke infeksi usus. Ini memengaruhi status gizi anak-anak dengan mengurangi nafsu makan, mengurangi penyerapan nutrisi, dan meningkatkan kehilangan nutrisi.
Oleh karena itu Mampaps, kenali dari dini penyebab stunting ini agar tidak terjadi dampak yang buruk pada si kecil. Jika Mampaps di rumah melihat tumbuh kembang si kecil tidak sesuai dengan anak seusia nya, Mampaps bisa langsung konsultasikan ke dokter atau ke doktet anak.
Baca Juga: Perkembangan Bayi Tahun Pertama