Ketika sepasang suami istri mengalami kesulitan dalam program hamil, seringkali pihak istri yang dinasihati untuk memeriksakan diri ke dokter. Padahal, pria juga bisa saja mengalami masalah kesuburan, seperti Asthenozoospermia. Pernahkah Mams mendengar istilah Asthenozoospermia? Asthenozoospermia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi sperma yang tidak lincah saat berenang. Yuk cari tahu lengkapnya berikut ini.
Mengenal Asthenozoospermia
Pada dasarnya, terdapat beberapa kriteria sehat pada sperma, yaitu bentuk, volume serta kemampuan bergerak atau motilitas untuk mencapai sel telur. Asthenozoospermia adalah kondisi sperma dengan motilitas yang buruk. Akibatnya, sperma sulit mencapai sel telur sehingga kehamilan sulit terjadi. Idealnya, sperma memiliki kemampuan berenang sejauh 25 mikrometer per detik, sedangkan Asthenozoospermia tidak bisa mencapainya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksuburan, sebab:
- Sperma tidak bisa berenang dengan cepat dan lurus
- Kecepatan sperma non-progresif atau kecepatan geraknya kurang dari 5 mikrometer per detik
- Sperma sama sekali tidak bergerak (no mobility)
Gejala Asthenozoospermia
Banyak kondisi yang dapat menjadi penyebab dari Asthenozoospermia, salah satunya adalah varikokel yang merupakan membesarnya pembuluh darah di skrotum. Jika Asthenozoospermia disebabkan oleh varikokel, biasanya akan muncul rasa sakit pada skrotum. Nyeri tersebut akan semakin parah jika digunakan untuk duduk, berdiri atau mengangkat benda berat.
Sedangkan pada kasus Asthenozoospermia yang disebabkan oleh hal lain hanya bisa terdeteksi setelah dilakukannya pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa Asthenozoospermia
Berdasarkan penelitian The Global Library of Women’s Medicine, analisis air mani adalah tes paling efektif. Tes ini dapat mendeteksi 9 dari 10 pria yang memiliki masalah asthenozoospermia. Beberapa hal penting terkait analisis air mani ini adalah:
- Pria akan diminta melakukan hubungan seksual 2 dan 7 hari sebelum pengambilan sampel untuk meningkatkan volume
- Ejakulasi ditampung dalam wadah steril melalui hubungan seksual atau kondom khusus agar dapat ditarik sebelum ejakulasi
- Tidak menggunakan kondom biasa untuk menghindari cairan pelumas yang dapat mencemar sperma
- Volume sampel yang didapat akan sangat bergantung kepada kondisi kesehatan pria
- Jika persentase motilitas sperma kurang dari 32 persen, diagnosisnya adalah pria mengalami asthenozoospermia.
Baca Juga: Tes Kesuburan yang Bisa Dilakukan Sebelum Menikah atau Promil
Penyebab Asthenozoospermia
- Mengalami kelainan hormonal (ketidakseimbangan hormon testosteron)
- Terpapar radiasi, misalnya diakibatkan oleh aktivitas pekerjaan
- Kelainan metabolik, seperti kegemukan
- Adanya infeksi pada organ reproduksi pria, seperti di epididimis, vas deferens, prostat
- Varikokel, yakni adanya pembengkakan pembuluh darah di skrotum
- Kebiasaan merokok, minum alkohol, serta obat-obatan terlarang
- Paparan panas berlebih di sekitar testis, beberapa hal yang bisa membuat panas di sekitar testis yaitu menggunakan pakaian ketat, duduk yang terlalu lama, atau, lingkungan kerja yang panas
- Penyakit autoimun yang menyerang sel sperma
- Idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya
Mengatasi Asthenozoospermia
Jika Papa didiagnosa mengalami asthenozoospermia, jangan sedih berlarut-larut ya Mams. Lebih baik atasi dengan langkah-langkah berikut ini.
Pola Hidup Sehat
Penyakit apapun dapat dikontrol dengan pola hidup yang sehat. Tidak hanya berolahraga dan istirahat yang cukup, pola hidup sehat juga dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi. Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga harus bervariasi serta kaya antioksidan. Makanan tersebut bisa ditemukan pada anggur, kacang, beri-berian, ubi merah, teh, biji-bijian, sayuran hijau, hingga ian.
Papa juga harus memperbanyak asupan asam amino esensial yang terdapat pada ayam, daging, telur dan susu. Jika Papa merupakan prokok aktif, sebaiknya dihindari ya Mams, sebab rokok dan alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko asthenozoospermia.
Kelola Stres
Stres dapat menjadi pemicu segala jenis penyakit, salah satunya asthenozoospermia. Oleh sebab itu, mulai lah kelola stres dengan baik untuk menjaga kesehatan sperma.
Menjaga Berat Badan
Jika Papa memiliki berat badan berlebih, Mams harus mengingatkannya untuk mulai menjaga berat badannya. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan berat badan justru dapat meningkatkan volume, konsentrasi serta mobilitas air mani lho Mams.
Menjaga Suhu Skrotum
Hindari menggunakan pakaian ketat serta berada di lingkungan yang panas. Selain itu, Papa juga harus menghindari posisi duduk yang terlalu lama.
Inseminasi Intrauterine /IUI
Jika Papa mengalami asthenozoospermia namun ingin segera menjalankan program kehamilan, IUI bisa dicoba dan tentunya sangat aman. Program kehamilan IUI dapat memungkinkan terjadinya pembuahan sekalipun jumlah sperma yang dihasilkan cukup rendah. Keberhasilan IUI ini mencapai 17 lho Mams. So, stay positive!
Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Perbedaan Inseminasi dan Bayi Tabung
Pengobatan Alpha Lipoic Acid
Berdasarkan penelitian yang tercatat dalam Human Andrology Journal, sebagian besar pasien yang menjalankan pengobatan ini mencapai respon maksimal dua hingga tiga bulan setelah pengobatan. Hal ini disebabkan oleh Apha-lipoic acid ayng dapat mencegah kerusakan sel, memperbaiki sel saraf, hingga menjaga keseimbangan vitamin E dan C. Alpha lipoic acid juga cukup mudah ditemukan pada makanan sehari-hari seperti wortel, bayam, ragi, jeroan, brokol hingga bit.
Masalah kesuburan memang selalu mengkhawatirkan, namun asthenozoospermia masih bisa sembuh sehingga Mampaps tidak perlu sedih berlarut-larut ya. Semangat, Mampaps!