Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda terhadap anaknya. Terdapat beberapa jenis pola asuh yang bisa Mampaps terapkan pada Si Kecil. Namun ada jenis parenting yang juga harus dihindari, salah satunya adalah pola asuh overparenting. Sikap orang tua dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil perlu diperhatikan agar tidak terjadi overparenting. Overparenting memiliki banyak dampak negatif bagi Si Kecil, bahkan berdampak hingga di kehidupan dewasanya kelak. Pernahkah Mams mendengar istilah pola asuh overparenting? Simak selengkapnya untuk mengetahui mengenai pola asuh overparenting.
Pola Asuh Secara Overparenting
Banyak orang tua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang memiliki keseharian yang ideal. Namun, seringkali para orang tua memiilih cara yang kurang tepat, seperti terlalu melindungi hingga mencampuri urusan anak, sekalipun anak sudah dewasa. Tindakan seperti inilah yang disebut pola asuh overparenting. Padahal, anak yang urusannya selalu dicampuri akan mengalami kesulitan dalam hal memecahkan suatu masalah. Jadi, pola asuh overparenting akan menjadi bumerang bagi Si Kecil kelak lho!
Baca Juga: Waspada, Pola Asuh Orang Tua yang Membuat Anak Menjadi LGBT!
Apa itu Overparenting
Seperti kata over yang terdapat di dalamnya, pola asuh overparenting merupakan tindakan orang tua yang terlalu melindungi dan mencampuri urusan anak sehingga anak sulit berkembang. Pola asuh overparenting juga sering disebut sebagai helicopter parenting karena mirip helicopter yang sering melakukan pengintaian.
Terkadang, overparenting dapat dilakukan saat anak berada di usia tertentu sebagai pemberitahuan atau sinyal adanya bahaya yang belum diketahui anak. Misalnya, ketika anak masih balita dan mengitari dapur yang penuh dengan benda tajam yang mengancam nyama Si Kecil. Namun, jika dilakukan terus-menerus akan menghambat perkembangan pada anak bahkan hingga mengganggu mentalnya.
Mungkin Mampaps sering berada persis di samping Si Kecil ketika ia sedang asik main di taman. Alasannya mungkin beragam, namun biasanya agar bisa cepat tanggap ketika Si Kecil tergelincir sehingga terhindar dari luka dan memar. Dilihat dari segi dampak jangka pendek, hal ini akan bermanfaat karena Si Kecil aman dan terlindungi ketika terjatuh. Namun, dampak jangka panjangnya adalah Si Kecil akan kesulitan dan tidak tahu cara melindungi diri di alam bebas.
Mampaps juga mungkin masih sering membantu Si Kecil yang sudah kelas 6 SD mengerjakan PR bahkan mendominasinya. Padahal anak seusianya harus sudah bisa mengerjakan PR tersebut secara mandiri. Jika tidak megerti, barulah bertanya pada orang tuanya.
Baca Juga: Pola Asuh Anak Berbeda Dengan Mertua? Atasi Segera!
Ciri Pola Asuh Overparenting
Memiliki Kekhawatiran yang Berlebih
Biasanya, pola asuh overparenting terjadi ketika Mampaps memiliki kekhawatiran berlebih terhadap anak. Akibatnya, Mampaps melarangnya mengeksplor diri seperti halnya main di luar rumah, mandi sendiri dan lain-lain karena khawatir Si Kecil terjatuh. Sekalipun diijinkan main di luar rumah dengan teman-temannya, Mampaps selalu berada di sampingnya untuk menjaga Si Kecil dengan pantauan penuh hingga ruang gerak Si Kecil terganggu.
Terlalu Ikut Campur Urusan Anak
Pernahkah mendengar ada orang tua murid yang mendatangi guru karena anaknya tidak dilibatkan dalam perlombaan padahal ia tak lolos seleksi? Hal termasuk merupakan salah satu tindakan overparenting dalam hal ikut campur urusan anak. Padahal, dalam kasus tersebut ranah guru lebih berhak menentukan siapa yang berhak lolos dan mengikuti perlombaan.
Baca Juga: Waspada! Toxic Parent Bisa Berdampak Buruk pada Anak
Mengerjakan PR Anak
Rasa gemas kadang menghampiri ketika Mams melihat Si Kecil yang kebingungan menghadapi soal PR yang dirasa Mams cukup mudah untuk seusianya. Sebagian orang tua mengambil alih PR anaknya tanpa pikir panjang. Terutama jika PR tersebut berhubungan dengan hobi Mampaps, misalnya PR membuat kerajinan tangan atau melukis. Merasa PR tersebut merupakan hobinya, sebagian Mampaps mengerjakan PR tersebut dengan tujuan agar Si Kecil memiliki nilai yang bagus.
Baca Juga: Parenting Style Ala Kate Middleton dan 3 Seleb Ini Layak Untuk Ditiru!
Cara Menghindari Pola Asuh Secara Overparenting
Bersikap Lebih Sabar
Anak yang kesulitan dalam hal membuat PR mungkin perlu dibantu dengan cara menjelaskan mengenai cara penyelesaian dari soal tersebut. Perlu kesabaran yang banyak untuk menjelaskan hingga Si Kecil mengerti mengenai materi tersebut. Namun hal ini akan lebih baik dibandingkan dengan Mampaps yang mengerjakan PR Si Kecil.
Baca Juga: Mengajarkan Disiplin pada Anak! Penting Dilakukan Sedini Mungkin
Mengurangi Campur Tangan
Biarlah Si Kecil mengatasi setiap masalah yang dialaminya. Jika ia meminta pendapat Mampaps, barulah Mampaps memberinya masukan. Namun bukan berarti bebas mengintervensi ya, Mampaps.
Biarkan Si Kecil Berjalan Sendiri Tanpa Ditemani
Bukan berarti tidak memperhatikannya, Mampaps bisa memantaunya dari kejauhan saja ketika Si Kecil bermain di luar rumah. Dengan Mampaps tidak berada di sampingnya ketika Si Kecil asik bermai di taman membuatnya mandiri untuk melakukan hal ia inginkan.
Baca Juga: Pola Pengasuhan Anak dengan Metode Organic Parenting
Nah, itulah gambaran mengenai pola asuh overparenting. Jika dilihat dampaknya, sepertinya overparenting lebih memiliki dampak yang buruk ya bagi Si Kecil kelak. Gimana nih Mampaps, sudah siap mendidik Si Kecil tanpa overparenting?
Wahhh ternyata ada istilah overparenting ya dalam dunia parenting aku baru tau, dan hal hal yg ternyata sepele yaa tapi dampaknya gak baik untuk anak kedepannya.. Kyk bantu mengerjakan pr dan lain lain iyaa kayaknya kita harus memberi ruang buat mereka memecahkan masalahnya sendiri dan belajar mandiri ya.