Baru-baru ini artis cantik Dian Sastro terbuka kepada publik perjuangannya dalam merawat anak pertamanya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, yang menderita gejala autis. Pada acara pers Special Kids Expo (SPEKIX) tanggal 23 agustus 2019 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC) ini Dian menjelaskan kondisi anaknya.
Banyak netizen yang kaget karena tidak menyangka putra Dian Sastro menderita gejala autis. Penderita autis umumnya tidak menunjukkan tanda fisik tertentu yang membuat orang mengetahuinya. Bahkan banyak mama papa yang tidak menyadari adanya kelainan pada anaknya ini. Seperti halnya suami Dian Sastro yang awalnya tidak merasa ada kelainan pada anaknya. Dian Sastro tetap keukeuh melakukan terapi meski tidak mendapat support penuh pada suami.
Baca Juga: Kelainan Genetik, Salah Satu Penyebab Anak Hiperaktif!
Perjuangan Dian Sastro demi Shailendra
Sebagai seorang mama, Dian merasa ada yang berbeda pada Shailendra pada tahun pertama kelahirannya. Shailendra menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang berbeda dengan anak lain pada umumnya. Setelah melakukan pemeriksaan dengan berbagai dokter, Shailendra didiagnosa mengalami gejala autis.
Banyak dokter yang mengatakan anak autis tidak dapat sembuh secara total. Namun pada kasus Dian, perjuangan dan kegigihan membawa putranya ke berbagai terapi akhirnya membuahkan hasil. Shailendra yang kini duduk di bangku SD ini bisa mengikuti pelajaran sekolahnya dengan baik dan bisa bersosialisasi dengan baik.
Banyak Mampaps yang hanya tahu bahwa penderita autisme menunjukkan ciri-ciri yang ekstrem. Misalnya saja sering mengoyangkan tubuhnya ke depan dan belakang, sering berteriak, ada yang suka melukai diri sendiri, dll. Padahal banyak tanda-tanda kecil yang sebenarnya sudah bisa dikenali pada tahun-tahun awal kelahirannya.
Bila anak Mama terlihat berbeda, yuk Mams simak lebih lanjut mengenai autisme ini. Karena semakin cepat anak dideteksi dan diberikan terapi, semakin besar kemungkinannya untuk ia bisa membaik.
Baca Juga: Kenali Yuk Mampaps, Anak Aktif Biasa atau Hiperaktif?
Apakah Autis sama dengan Gangguan Spektrum Autis?
Autis sebenarnya merupakan bagian dari Autism Spectrum Disorder (ASD), yaitu gangguan pada perkembangan otak. Gangguan ini menyebabkan masalah pada penderita untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta gangguan perilaku dan minat pada hal tertentu. Istilah ‘spektrum’ yang digunakan ini dikarenakan tingkat keparahan dan gejala autis bisa berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi tapi mengalami gangguan komunikasi. Ada juga yang tingkat kecerdasannya rendah sehingga sulit untuk belajar, dll.
Gangguan yang termasuk dalam ASD adalah sindrom Asperger, gangguan perkembangan pervasif yang tidak ditentukan secara spesifik (PDD-NOS), gangguan autistik, dan childhood disintegrative disorder (CDD)/ sindrom Heller.
Penyebab pasti dari ASD belum diketahui. Namun pada beberapa faktor yang dipercaya dapat meningkatkan resiko autis, yaitu faktor genetik, non genetik serta lingkungan. Misalnya mama papa merupakan pembawa genetik, ini dapat menurun pada anaknya. Faktor lain yang bisa mempengaruhi juga kondisi mama saat kehamilan, misalnya usia mama, komplikasi saat kehamilan, jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Tanda-tanda Anak Autis
Tanda-tanda gejala autis biasanya dimulai sebelum usia 3 tahun dan terlihat jelas pada usia sekitar 24 bulan. Ada anak yang sejak lahir mulai menunjukkan tanda autis tapi ada juga yang tumbuh normal sampai usia 2 tahun sebelum mulai menunjukkan tanda autis.
Waspada bila anak menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Tidak merespon bila dipanggil namanya pada usia 12 bulan
- Menghindari kontak mata dan lebih suka bermain sendiri
- Kesulitan menujukkan emosinya dan juga memahami perasaan orang lain
- Terlambat bicara dan kemampuan berbahasa
- Sering mengatakan kata tertentu berulang-ulang kali atau sangat sedikit berbicara
- Mengulang perkataan/pertanyaan yang diucapkan kepadanya. Seperti bila ditanya, “Apakah kamu mau makan?”. Dia akan mengulang pertanyaan tersebut.
- Mudah marah pada perubahan kondisi tertentu, misalnya barang yang tidak pada tempatnya
- Menunjukkan minat terlalu besar terhadap suatu hal/obsesif. Misalnya harus mengatur sama persis semua objek atau hanya tertarik untuk bermain objek yang sama.
- Melakukan gerakan berulang seperti berputar-putar atau menggoyangkan tubuhnya ke depan dan belakang terus menerus
- Tidak menunjuk pada suatu objek yang menarik pada usia 14 bulan. Misalnya saja saat ada pesawat terbang
- Menghindari kontak fisik seperti memeluk, bersalaman
- Menunjukkan ekspresi datar pada wajahnya
- Tidak menunjukkan reaksi emosi terhadap gurauan maupun godaan
- Jarang atau tidak pernah menunjukkan gesture tubuh seperti melambai
- Menunjukkan perilaku tidak biasanya seperti hiperaktif, agresif, impulsive, tantrum, melukai diri sendiri.
Baca Juga: Anak Belum Bisa Bicara, Normal kah?
Pengobatan ASD
Autisme termasuk kelainan yang tidak bisa disembuhkan. Anak yang mendapatkan terapi lebih cepat dan lebih intensif sejak dini dapat berkembang lebih baik bahkan bisa menjalani hidup secara normal. Hal ini tentunya sangat bergantung pada treatment serta tingkat keparahannya.
Terapi untuk penderita satu mungkin berbeda dengan penderita lainnya, bergantung pada tanda serta gejala yang ditunjukkan. Beberapa jenis terapi yang dilakukan:
Terapi perilaku dan kemampuan berkomunikasi
- Terapi wicara. Sebagian anak mengalami kesulitan berbicara. Dengan terapi ini dapat membantu anak yang mengalami kesulitan berbicara, berkomunikasi dan berinteraksi secara normal.
- Terapi okupasi berfungsi untuk membantu melatih perkembangan motorik anak yang biasanya terlambat.
- Terapi perilaku. Anak autis seringkali memiliki sensitivitas tinggi terhadap hal tertentu seperti tidak suka cahaya, suara, kontak fisik. Dengan bantuan terapis, si kecil bisa perlahan mengatasi hal ini.
- Terapi pendidikan. Sulitnya berkomunikasi, belajar, bersosialisasi dapat dibantu dengan terapi pendidikan yang terarah dan terstruktur.
Terapi untuk anggota keluarga
Terapi ini ditujukkan bagi keluarga penderita agar dapat belajar cara berinteraksi dengan penderita autis dan mengajarkan penderita untuk perlahan berkembang.
Contoh kondisi dalam keluarga yang bisa membantu si kecil:
- Membuat jadwal terstruktur dan rutin
- Menghindari memaksa anak
- Tidak memberikan contoh perilaku kasar di hadapan anak. Karena anak autis cenderung mencontoh dan menirukan lingkungan sekitarnya
Obat-obatan
Meski obat-obatan tidak bisa menyembuhkan penderita autis namun dapat mengurangi gejala yang muncul. Obat-obatan yang digunakan biasanya berupa antipsikotik untuk mengatasi masalah perilaku, ada juga anti depresan, obat untuk mengatasi gangguan kejang serta mengatasi gangguan tidur.
Kebiasaan serta pola hidup
Beberapa tindakan lain yang bisa membantu memperbaiki kondisi anak autis diantaranya:
- Melakukan akupuntur dan terapi berdasarkan sensor (sentuhan dan rangsangan) sebagai terapi penunjang. Meski belum terbukti secara pasti efektivitasnya, tapi terapi dapat digunakan sebagai perawatan penunjang dan membantu menenangkan si kecil.
- Pola Makan sehat. Belum ada bukti pasti keterkaitan zat makanan tertentu terhadap kondisi autis, namun mengurangi makanan dengan zat pengawet dipercaya dapat berpengaruh pada penderita autis.
- Menggunakan musik untuk mengurangi sensitivitas terhadap suara.
Baca Juga: Si Kecil Sulit Belajar? Mungkin Dia Mengidap Learning Disabilities
Apa Yang Harus Dilakukan Orang Tua?
- Peka. Sebagai langkah awal, tentunya mama papa harus peka dan mengetahui tahap perkembangan si Kecil. Dengan ini, mampaps bisa mengenali bila si Kecil menunjukkan tanda-tanda berbeda.
- Terbuka dan Menerima. Merawat anak berkebutuhan khusus pastinya memerlukan support ekstra dari lingkungan sekitarnya. Dengan terbuka dan menerima kondisi si Kecil, Mampaps bisa mendapatkan support yang bisa sangat membantu mampaps.
- Mencari informasi sebanyak-banyaknya. Mama papa adalah orang terdekat yang bisa membantu si kecil. Dengan mencari tahu sebanyak mungkin mengenai informasi autis, bisa menjadi panduan mama papa untuk membantu si kecil.
- Terapi. Membawa si Kecil ke dokter tumbuh kembang dan psikolog sangat membantu dalam mengarahkan mampaps terkait terapi yang harus dilakukan.
- Kenali bakat si Kecil. Setiap anak dilahirkan dengan kelebihan masing-masing. Kenali minat dan bakat si Kecil dan salurkan dengan tepat.
Baca Juga: Kenali Bakat Si Kecil dengan Baik! Adalah Kunci Mendidik Anak Hiperaktif
Nah Mampaps, semoga setelah mengetahui lebih jelas mengenai ASD, Mampaps bisa mengamati lebih lanjut apabila si kecil menunjukkan perkembangan yang berbeda. Tentunya menghadapi anak berkebutuhan khusus memerlukan usaha ekstra keras dari mama papa. Tapi percayalah, setiap anak dilahirkan dengan keistimewaan dan kelebihannya. Semangat mampaps!