Hai Mampaps, pertumbuhan si kecil pastinya menjadi perhatian khusus bagi Mampaps ya! Apalagi saat si kecil terlihat kecil dibanding anak seusianya atau pertumbuhannya terasa sangat lambat. Mungkin saja si kecil mengalami pertumbuhan terlambat (delayed growth). Banyak Mama yang ragu apakah si kecil normal atau tidak, terutama apabila baru memiliki anak pertama.
Setiap si kecil yang lahir pasti mengalami proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dalam kandungan Mama, masa bayi, dan balita hingga akhirnya tumbuh dewasa. Istilah tumbuh kembang ini mencakup dua peristiwa yang memiliki sifat berbeda, tetapi saling berkaitan dan tidak terpisahkan, yaitu tumbuh dan kembang.
Baca Juga: Waspada! Mitos dan Faktanya Tumbuh Kembang Anak yang Menyesatkan
Apa Itu Delayed Growth atau Pertumbuhan Terlambat?
Pertumbuhan (growth) sendiri memiliki arti perubahan dalam jumlah besar, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.
Pertumbuhan merupakan komponen penting dalam menilai status nutrisi atau gizi si kecil dan dapat digunakan sebagai indikator dari kesehatan/kesejahteraan si kecil.
Acuan yang digunakan untuk tiap kelompok usia dapat berbeda. Saat ini Indonesia menggunakan kurva pertumbuhan milik Badan Kesehatan Dunia (WHO), biasanya dari usia 0-5 tahun dan kurva dari Center for Disease Control Prevention (CDC,2000) apabila usianya diatas 5 tahun.
Patokan yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), meski ada juga indikator lain seperti tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut usia (BB/U).
So, jika si kecil tidak tumbuh pada keadaan normal kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan pertumbuhan atau delayed growth.
Baca Juga: Anak Terlalu Kurus atau Gemuk? Cek Berat Idealnya
Delayed Growth vs Stunting
Keterlambatan pertumbuhan dan Stunting sering dianggap identik karena sama-sama bisa diliat dari kondisi tubuh anak yang cenderung pendek. Pada kasus stunting erat kaitannya dengan kurangnya kebutuhan gizi, terutama di 1000 hari pertama kehidupannya. Anak stunting bertubuh pendek namun tidak semua anak bertubuh pendek menderita stunting.
Pada Delayed Growth, anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan, bisa merupakan anak yang lahir dengan normal dan terpenuhi kebutuhan gizinya. Namun kondisi tertentu menyebabkan si kecil tidak dapat tumbuh maksimal.
Penyebab Delayed Growth
Ada banyak faktor yang bisa menghambat pertumbuhan si kecil. Berikut penyebab yang paling sering membuat si kecil mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya:
- Riwayat Keluarga yang menderita delayed growth (faktor genetik)
- Tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup
- Tidak mendapatkan asupan yang bergizi dan berprotein
- Kurang mendapatkan ASI
- Tidak mendapatkan waktu tidur yang ideal
- Sering terserang penyakit.
- Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Umumnya akan mengalami kehidupan masa depan yang kurang baik.
- Kadar hormon pertumbuhan (growth hormone) dan hormone tyroxine yang rendah. Hal ini merupakan jenis penyakit endokrin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan si kecil. Hipotiroid, kondisi dimana kelenjar tiroid tak mampu lagi memproduksi hormone tiroid yang cukup, padahal hormone ini diperlukan untuk pertumbuhan tulang yang normal.
- Penyakit bawaan, seperti turner syndrome, down syndrome, dll
- Menderita penyakit ginjal, jantung, saluran cerna, paru, tulang, anemia atau sistem tubuh lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
- Skeletal dysplasia, kondisi yang banyak menyebabkan masalah pada pertumbuhan tulang.
Ciri-ciri Delayed Growth
Setiap si kecil mungkin memiliki ciri pertumbuhan terlambat yang berbeda-beda. Namun, secara umum, beberapa ciri yang menunjukkan kondisi tersebut adalah:
- Berat badan cenderung turun atau tidak naik
- Berat badan saat balita turun 2 garis persentil di kurva pertumbuhan
- Iritabilitas (rewel)
- Mudah lelah
- Mengantuk terus
- Minim respon sosial sesuai usia (contoh: senyum)
- Keterlambatan pekembangan motorik
- Kesulitan belajar atau menangkap informasi dikemudian hari
Ada juga beberapa ciri pertumbuhan si kecil terlambat berdasarkan faktor penyebabnya, seperti:
- Jika si kecil mengalami sindrom dwarfisme, yakni suatu kondisi kelainan yang ditandai dengan tinggi tubuh yang pendek akibat kelainan medis atau genetis. Bisa dilihat dari ukuran lengan dan kaki terhadap proporsi ukuran tubuh.
- Kadar hormon tiroksin yang rendah juga akan menyebabkan pertumbuhan terlambat. Si kecil akan mengalami mudah lelah karena kehabisan energi, sembelit, kulit kering, rambut kering, dan kesulitan menjaga suhu tubuhnya agar hangat.
- Jika kadar hormon pertumbuhan (growth hormone) rendah, dapat menyebabkan si kecil tumbuh kurang dari normal. Bisa diliat dari pertumbuhan wajahnya, anak terlihat jauh lebih muda dari usianya.
Baca Juga: Mengapa Perkembangan Setiap Anak berbeda?
Diagnosa Delayed Growth
Bila Mama mencurigai anak mengalami keterlambatan pertumbuhan, segera konsultasikan ke dokter. Untuk menentukan diagnosa delayed growth, biasanya dokter akan menanyakan informasi detail mengenai sejarah kesehatan si kecil. Mulai dari saat si kecil di dalam kandungan, kemudian BB dan PB ketika si kecil lahir, sampai informasi anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
Dokter akan mencari tahu penyebabnya, kemudian akan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi pertumbuhan terlambat (delayed growth) ini berdasarkan temuan yang ada ketika si kecil diperiksa.
Pemeriksaan ini termasuk tes darah untuk mendeteksi apakah ada gangguan dari hormon dan kromosom. Pemeriksaan lainnya berupa pemeriksaan x-ray untuk melihat usia tulang dan kondisi tulang si kecil apakah ada kelainan.
Baca Juga: Perkembangan Bayi Tahun Pertama
Treatment Delayed Growth
Penanganan pertumbuhan terlambat (delayed growth) untuk si kecil tergantung dari penyebabnya.
1. Penuhi Asupan Nutrisinya
Salah satu penyebab terlambatnya pertumbuhan si kecil adalah kurangnya asupan yang bernutrisi. Nah, untuk mengatasinya maka Mampaps tentu harus memberikan nutrisi dan gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan si kecil. Nutrisi berperan sangat penting dalam fase pertumbuhan fisik si kecil dan juga termasuk fungsi otaknya.
2. Berikan Stimulasi
Stimulasi pada anak diberikan sesuai dengan masalah pertumbuhan yang dialaminya. Misalnya saat si kecil terlambat berbicara, Mampaps harus lebih sering mengajaknya berbicara, mengajaknya bersosialisasi, dll.
3. Atasi Penyakit yang Mendasari
Jika memang si kecil mengalami penyakit tertentu seperti ginjal, jantung, saluran cerna, paru, tulang, anemia maka Mampaps sebaiknya berkonsultasi dengan dokter agar pertumbuhan si kecil bisa kembali normal.
4. Atasi Hipotiroidisme
Bila penyebabnya adalah hipotiroidisme, maka bisa dibantu dengan terapi pil pengganti hormon tiroid. Tentu saja penggunaan pil ini atas saran dari dokter.
5. Injeksi Hormon Pertumbuhan
Hal ini dapat dilakukan jika si kecil memang mengalami kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone). Hormon pertumbuhan ini dinilai aman dan efektif, walaupun terapi ini diperlukan waktu lama dan tidak semua anak memberikan respon yang baik.
Semakin dini delayed growth dideteksi dan ditangani, kemungkinan untuk si kecil tumbuh normal akan semakin besar. So, jika Mampaps khawatir dengan pertumbuhan si kecil berkonsultasilah dengan dokter. Biasanya dokter akan merujuk ke dokter spesialis anak bagian endokrinologi yang dapat membantu dan menangani masalah Mampaps dan si kecil.