Hai Mampaps! Si Kecil di rumah mengonsumsi susu formula? Apakah Mampaps sudah mengetahui risiko apa saja yang mungkin berasal dari susu formula? Pada Tahun 2008 silam, tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor mengungkapkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa sebanyak 22,73 persen susu formula dan makanan bayi mengandung Cronobacter sakazakii. Pernah dengar Mams jenis bakteri ini? Atau jangan-jangan Mampaps baru pertama kali mendengar Cronobacter sakazakii pada bayi ini?
Ternyata, bakteri ini berbahaya loh Mams bagi organ tubuh seperti pembuluh darah, selaput otak, saraf tulang belakang, limpa, dan usus. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia, risiko terbesar terkena adalah usia bayi. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi Cronobacter sakazakii pada bayi yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100.000 bayi. Jadi, yuk kenali lebih dalam tentang bakteri ini.
Mengenal Cronobacter sakazakii pada Bayi
Cronobacter sakazakii atau juga dikenal sebagai Enterobacter sakazakii, merupakan bakteri yang ditemukan secara alami di lingkungan. Bakteri ini dapat hidup pada makanan kering, seperti susu formula bubuk, susu bubuk, teh herbal, dan pati.
Baca Juga: Perbandingan 5 Merk Susu Formula Bayi Terbaik 2021!
Bakteri ini pertama kali diidentifikasi sebagai spesies baru oleh Farmer dkk pada Tahun 1980-an. Sebagai penghargaan kepada peneliti Jepang Riichi Sakazaki, maka bakteri ini dinamakan Enterobacter sakazakii. Jika dilihat melalui mikroskop, bakteri ini berbentuk batang (rod-shaped bacterium), dan termasuk ke dalam bakteri gram negatif.
Infeksi yang disebabkan oleh Cronobacter sakazakii pada bayi ini memang jarang terjadi, tetapi bisa mematikan pada kelompok bayi rentan, yaitu bayi baru lahir (kurang dari 28 hari), bayi prematur (bayi yang lahir sebelum minggu ke-37), bayi berat badan lahir rendah (kurang dari 2500gr), dan bayi yang sistem imunnya rendah.
Sumber Cronobacter sakazakii
Cronobacter sakazakii pada bayi telah diisolasi dari berbagai sumber seperti lingkungan (tanah, air) dan makanan. Selain susu formula, makanan yang pernah dilaporkan mengandung bakteri ini antara lain keju, roti, tahu, teh asam, daging yang dikering, daging cacah dan sosis.
Terjadinya pencemaran susu formula oleh Cronobacter sakazakii diduga melalui kontaminasi eksternal yaitu penanganan yang buruk saat merekonstitusi susu formula dengan air atau kontaminasi internal selama produksinya. Pencemaran selama penyiapan dapat terjadi dari orang, piranti, debu atau lingkungan serta air yang digunakan. Pencemaran selama produksi kemungkinan terjadi setelah proses pasteurisasi susu yaitu selama pengeringan, selama pencampuran kering dan atau pengemasan.
Kita ambil contoh kelompok peternak sapi yang berasal dari DIY, susu mentah dan produk susu segar di sana sebagian besar proses pemerahannya bersifat tradisional, yang berarti menggunakan tangan. Produk susu mentah maupun susu segar mudah terkontaminasi Cronobacter sakazakii selama proses pemerahan susu. Sanitasi kandang dan kebersihan pekerja yang masih buruk, peralatan yang digunakan dan tempat penyimpanan sangat memungkinkan susu mentah dan susu segar di DIY terkontaminasi Cronobacter sakazakii.
Baca Juga:Menyapih Botol Susu Si Kecil? Yuk, Mulai Gunakan Training Cup!
Penyakit yang Disebabkan Bakteri Cronobacter sakazakii
Kasus Cronobacter sakazakiipada bayi terbilang jarang. Namun, hal ini dicurigai bukan karena bakteri ini tidak cukup menginfeksi, melainkan under-reported. Karena jumlah laporan kasusnya sangat rendah di seluruh dunia. Dan meskipun sangat jarang, infeksi yang disebabkan bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muytjens dan Kollee, Tahun 1990, terkumpul sejumlah data tentang infeksi Cronobacter sakazakii pada bayi yang mencemari susu formula terhadap kelompok bayi rentan. Infeksi tersebut dilaporkan dapat menyebabkan gejala penyakit neonatal meningitis bacteremia (infeksi selaput otak), hidrosefalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat), dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing.
Baca Juga: Pertama Kali Memberikan Es Krim untuk Anak? Perhatikan Hal Ini!
Nah Mams, gejala yang mungkin dijumpai pada bayi atau anak yang terinfeksi bakteri Cronobacter sakazakii adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang. Jangan tunggu sampai keadaan bayi semakin memburuk, jika ditemukan gejala di atas segera bawa si Kecil ke dokter ya Mampaps.
Pencegahan dari Infeksi Bakteri Cronobacter sakazakii
Yah, niat hati memberikan susu formula demi mencukupi kebutuhan tambahan nutrisi si Kecil malah berisiko menyebabkan penyakit ya Mams. Sebenarnya Mampaps tidak perlu khawatir, sejak Tahun 2008 Codex telah mengeluarkan panduan tentang proses dan pengujian susu formula untuk produsen susu formula, serta panduan bagi rumah sakit maupun rumah tangga dalam menyiapkan susu formula untuk diberikan pada bayi. Panduan ini juga telah diadopsi oleh Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Panduan tersebut mensyaratkan produsen untuk melakukan pengujian bakteri Cronobacter sakazakii pada susu formula. Sedangkan bagi konsumen maupun rumah sakit lebih dititikberatkan pada praktik sanitasi yang baik bagi orang (pekerja), air, botol yang digunakan untuk menyajikan susu formula serta pembatasan waktu untuk tidak menyimpan susu formula lebih dari 2 jam pada suhu kamar. Sebagai tambahan, beberapa negara juga mengadopsi panduan dari WHO (2007) yang merekomendasikan penyajian susu formula dengan menggunakan air bersuhu 70oC untuk meminimalkan risiko bakteri ini.
Pada kasus kelompok bayi rentan, jika memang harus diberikan susu formula ada baiknya Mampaps memilih susu formula cair siap saji, untuk menghindari penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Cronobacter sakazakii. Namun, untuk anak usia di bawah 2 tahun susu terbaik baginya tetaplah Air Susu Ibu (ASI) ya Mams.