Hai Mampaps, saat hamil Mama selalu dianjurkan untuk rutin memeriksa kandungan ke dokter. Tentunya hal ini penting, mengingat banyak kematian pada ibu hamil diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular (pembuluh darah).
Mama Papa Harus Tahu
Wanita dengan riwayat hipertensi pada kehamilan mempunyai angka kematian karena penyakit jantung koroner lebih tinggi. Penyakit yang sering dialami saat hamil adalah preeklamsia.
Untuk lebih jelas mari kita bahas yah Mampaps..
Preeklamsia
Preeklampsia adalah kondisi yang terjadi pada kehamilan yang memasuki usia minggu ke-20, ditandai dengan tingginya tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg) walaupun ibu hamil tersebut tidak memiliki riwayat hipertensi. Hal ini biasanya juga disebut dengan keracunan dalam kehamilan.
Baca Juga: Ayo Cari Tahu! Pemeriksaan Kehamilan Penting Bagi Mama
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia ini belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli percaya kondisi ini disebabkan oleh plasenta, yaitu organ yang memelihara janin selama kehamilan.
Munculnya preeklamsia diduga karena adanya gangguan perkembangan pada plasenta, yang disebabkan oleh masalah pada pembuluh darah pemasok plasenta.
Mampaps harus tahu, pada keadaan normal, plasenta mendapatkan suplai darah yang banyak dan konstan untuk mendukung perkembangan bayi. Namun pada kondisi preeklamsia, plasenta diduga tidak mendapatkan cukup darah.
Hal ini mengakibatkan suplai darah kepada bayi terganggu. Berbagai sinyal dan substansi dari plasenta yang terganggu menyebabkan tekanan darah ibu naik.
Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi munculnya preeklamsia, antara lain:
- Faktor genetik atau riwayat keluarga
- Kehamilan pertama
- Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
- Mempunyai riwayat penyakit lain, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, dll
- Usia lebih dari 40 tahun
- Jarak kehamilan lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya
- Obesitas pada awal kehamilan
- Hamil kembar atau lebih
Tanda dan Gejala
Preeklampsia merupakan penyakit sistemik yang tidak hanya ditandai oleh hipertensi, bila Mama merasakan tanda dan gejala berikut ini, segera periksakan ke dokter:
- Tingginya tekanan darah (diatas 130/80)
- Kelebihan protein urine pada ibu hamil (proteinuria) atau tanda-tanda lain masalah ginjal
- Sakit kepala hebat
- Gangguan penglihatan, termasuk melemahnya daya penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
- Mual atau muntah
- Pengeluaran urine menurun
- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)
- Gangguan fungsi hati
- Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan dalam paru-paru
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari.
- Munculnya bengkak baru (edema) khususnya di wajah dan tangan. Umumnya pada kebanyakan kehamilan normal, kaki akan mengalami bengkak, sehingga seringkali hal ini tidak dianggap gejala utama preeklamsia.
Baca Juga: Waspada! Kelainan Ini Sering Terjadi Saat Mama Hamil
Dampak Preeklamsia Pada Ibu dan Bayi
Pada ibu, dampak berakibat pada komplikasi serius apabila tidak segera ditangani, seperti: stroke, gagal jantung, kejang, pendarahan pada hati yang dapat menyebabkan Mama kehilangan kesadaran. Bila kondisi ini berkepanjangan dan bayi tidak segera dilahirkan, dapat menyebabkan kematian pada Mama maupun janin.
Sedangkan pada janin, preeklamsia dapat mengakibatkan terlepasnya plasenta dari rahim (placental abruption), kelahiran bayi prematur, keguguran atau kematian janin dalam kandungan.
Setelah melahirkan, umumnya Mama akan mengalami tekanan darah tinggi sampai 6 minggu setelah kelahiran. Sebaiknya Mama tetap melakukan pemeriksaan teratur setelah melahirkan apabila Mama mengalami preeklamsia. Pada beberapa kasus, tekanan darah Mama tidak kunjung menurun dan memerlukan pengobatan jangka panjang.
Pengobatan
Jika usia kehamilan Mama sudah masuk trimester ketiga, yakni > 34 minggu. Dokter akan menganjurkan untuk dilakukan tindakan persalinan.
Karena setelah melahirkan biasanya tekanan darah ibu melahirkan akan kembali normal dalam beberapa minggu atau bahkan lebih cepat. Namun, Mama dianjurkan tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya.
Bila preeklampsia terjadi di saat janin belum cukup umur (< 34 minggu), maka dokter akan merekomendasikan beberapa hal untuk mengatasinya sampai janin cukup aman untuk lahir. Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang biasanya dilakukan oleh dokter:
1. Pemberian Obat-obatan
- Penurunan tekanan darah (antihipertensi). Pengobatan ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Meskipun banyak jenis obat antihipertensi, namun sebagian besar tidak aman dikonsumsi selama kehamilan. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk dosis yang aman bagi Mama dan si kecil.
- Pengobatan ini untuk sementara waktu dapat memperbaiki fungsi hati dan trombosit dan membantu memperpanjang usia kehamilan. Pengobatan ini juga dapat membantu pertumbuhan paru-paru si kecil.
- Jika preeklampsia sangat parah, dokter mungkin memberi resep obat antikonvulsan, seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang-kejang.
2. Rawat Inap dan Istirahat Total
Jika preeklampsia yang dialami tergolong berat, kemungkinan dokter akan merekomendasikan rawat inap agar dokter dapat dengan mudah mengontrol kondisi ibu hamil, janin, dan kadar cairan ketuban. Kurangnya cairan ketuban merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi.
Pencegahan
- Bed rest atau istirahat total, hal ini bisa dilakukan di rumah ataupun di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
- Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter
- Mengonsumsi lebih banyak air mineral
- Mengurangi konsumsi garam
So, untuk Mama yang sedang hamil, jangan pernah malas untuk berkonsultasi dan mengecek kandungan ya Mams. Terdeteksi lebih dini lebih baik daripada terlambat.
Baca Juga: 7 Pemeriksaan USG Kehamilan dan Manfaatnya