Pandemi Covid-19 masih menjadi isu harian dalam setahun lebih ini. Pada awalnya penyakit ini hanya dikenal sebagai penyakit pada sistem pernapasan, namun faktanya infeksi virus covid-19 juga dapat menimbulkan gejala pada sistem pencernaan, sistem saraf, sistem integumen (kulit), dan mungkin masih banyak lagi yang belum diketahui. Berbagai bidang ilmu memberikan tanggapan terhadap penyakit Covid-19 sesuai bidang keilmuannya. Begitu pula dari bidang ilmu psikologi (kejiwaan). Kondisi pandemi yang berkepanjangan ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat ya Mams, salah satunya adalah ketakutan yang berlebih atau kini disebut dengan coronaphobia.
Apa itu Coronaphobia?
Mampaps mungkin tidak asing dengan kata fobia. Yaps, fobia adalah keadaan ketakutan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan situasi. Begitu pula dengan coronaphobia, sebuah jenis fobia baru yang secara khusus terkait dengan virus corona (Covid-19).
Baca Juga: Tips Cegah Penularan Corona saat Naik Kendaraan Umum
Peneliti mendefinisikan coronaphobia sebagai respon berlebihan karena rasa takut akan tertular virus corona (Covid-19), yang kemudian menyebabkan kekhawatiran berlebihan disertai gejala fisiologi dan stres signifikan tentang virus karena takut kehilangan banyak hal. Istilah ini muncul berdasarkan analisa dari hampir 500 penelitian yang membahas kekhawatiran dan kepanikan yang dirasakan orang selama pandemi.
Mampaps pasti setuju jika dikatakan bahwa penyakit ini sangat menganggu mental, bukan? Lalu apakah kekhawatiran kita selama pandemi ini juga termasuk coronaphobia? Kenali ciri-cirinya yuk!
Ciri-Ciri Coronaphobia
Istilah coronaphobia pertama kali diperkenalkan dalam jurnal Asian Journal of Psychiatry pada Desember tahun lalu. Para peneliti mengidentifikasi tiga gejala umum yang dialami orang dengan coronaphobia, yaitu:
- Rasa khawatir dan cemas terus menerus yang menyebabkan gejala seperti jantung berdebar, hilang nafsu makan, dan pusing
- Terlalu banyak berfikir yang memicu kekhawatiran berlebih
- Takut berlebihan terhadap tempat publik, tidak jarang berujung sikap mengisolasi diri sendiri dari interaksi dengan orang lain
Orang dengan coronaphobia akan menghindari pergi ke tempat umum, menyentuh permukaan, atau pergi ke ruang tertutup dengan orang lain. Mereka juga cenderung menunjukkan perilaku berulang yang berlebihan seperti mencuci tangan. Hal ini tentu saja berpotensi mengganggu keberlangsungan aktivitas sehari-hari ya Mams.
Baca Juga: Ini Dia Mams Vitamin untuk Cegah Covid!
Cara Mengatasi an Menghindari Coronaphobia
Sama halnya dengan fobia lainnya, walaupun tidak mudah coronaphobia juga dapat diobati. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, telah menyarankan berbagai cara untuk mengatasi masalah kecemasan dan stres. CDC menghimbau agar kita semua menjaga kesehatan fisik dan tetap bersosialisasi dengan batasan-batasan yang disarankan selama pandemi ini.
Selain itu, terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengatasi gangguan kecemasan. Lily Brown, Direktur Penn Center for the Treatment and Study of Anxiety mengatakan bahwa tujuan CBT adalah berlatih terlibat dengan kecemasan yang dirasakan melalui serangkaian kegiatan, untuk mencapai sebuah tujuan. Kegiatan ini dilakukan dengan dukungan dan pengawasan dokter atau ahli.
Baca Juga: Pentingnya ASI Eksklusif; Jika Ibu Menyusui Positif Corona
Penting untuk bersikap tenang dalam menghadapi semua situasi. Perlu diingat ya Mams, ketakutan dan kecemasan yang berlebih hanya akan merugikan mental dan juga fisik kita. Saat pikiran dan perasaan yang bermasalah, kita lebih sulit mengungkapkannya apalagi memberanikan diri untuk berkonsultasi kepada ahli seperti psikolog atau psikiater. Jadi, jika Mampapas atau melihat orang disekeliling memiliki ciri-ciri gangguan kejiwaan terkait Covid-19 seperti yang telah dijelaskan di atas Mampaps bisa membantu untuk menyarankan kapan harus mendapatkan terapi.