Mams, seringkali sebagai orang tua cemas saat membawa anak sakit ke dokter. Karena kekhawatiran yang berlebihan, seringkali penyakit yang sebenarnya ringan akan kelihatan berat. Atau sebaliknya Mampaps terlalu lengah, penyakit yang berat dianggap ringan!!
Sebagai seorang Ibu yang nalurinya seringkali lebih kuat terhadap buah hati, akan “merasakan” bila ada hal yang “kurang beres” pada anak, dan segera tahu bahwa anak sakit. Biasanya bisa terlihat dari pola makan yang berubah atau keaktifan anak, Mama akan tahu bahwa si kecil tengah ada “sesuatu” yang dialami atau sakit.
Naluri yang dimiliki itu sebenarnya adalah nilai plus seorang ibu mendeteksi sakit yang tengah dialami. Namun yang penting pertama adalah : Jangan panik. Karena panik, Mama seringkali tidak dapat menilai dengan objektif. Bisa-bisa salah menilai, sakit ringan dianggap berat, atau malahan sebaliknya. Bila si Kecil sakit, Mams harus bersikap tenang, jangan panik. Lakukan pertolongan pertama bila itu adalah suatu kondisi darurat atau segera mencari pertolongan medis.
Baca Juga: Pertolongan Pertama Bayi Untuk Mengatasi Kondisi Darurat!
Apa Yang Harus dilakukan Saat Membawa si Kecil ke dokter?
Orang tua adalah dokter pertama saat anak sakit di rumah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang MamaPapa Harus Tahu saat membawa si Kecil ke dokter.
1. Berikan Informasi akurat
Dengan memberikan informasi yang akurat, Mampaps bisa membantu dokter untuk mendapatkan gambaran penyakit si Kecil yang mungkin tidak langsung terlihat saat pemeriksaan. Beberapa informasi ini diantaranya:
Keluhan yang dialami
Saat anak sakit dibawa berkonsultasi atau berobat ke dokter, usahakan memberikan keterangan yang jelas. Sakit utama yang dialami si Kecil atau gejala yang terlihat menonjol yang Mampaps lihat dari si Kecil. Dokter akan menangkap hal itu sebagai Keluhan Utama (hal yang membuat seorang pasien datang / dibawa untuk berobat).
Dokter akan mengorek informasi, gejala lain yang dialami si kecil selain Keluhan Utama tersebut, istilah yang sering dipakai adalah gejala /keluhan penyerta.
Kronologis penyakit
Setelah itu ceritakan kronologis penyakitnya (berdasar urutan waktu). Usahakan jangan beralur maju mundur seperti sebuah kisah film, yang akan membuat dokter bingung dalam membantu Mampaps. Dokter biasanya akan memancing pertanyaan bila Mama bingung mengutarakan kronologisnya. Contohnya saja saat si Kecil muntah dan panas, Mampaps bisa menjelaskan kapan si Kecil demam atau setelah memakan apa.
Obat yang sudah diberikan atau tindakan yang sudah dilakukan
Ceritakan apa adanya, tidak usah ditutupi bila memang sebelumnya sudah sempat diberikan obat atau berkonsultasi dengan dokter yang lain. Tujuannya adalah agar dokter yang sekarang menangani, tahu jenis, lama pengobatan dan efek yang masih dirasakan dari obat sebelumnya. Alangkah lebih baik apabila Mama membawa serta obat – obatan yang sebelumnya diberikan sebelum berkonsultasi ke dokter yang saat ini menangani (atau dicatat / difoto).
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Ceritakan pula (bila ada) riwayat gangguan saat persalinan si kecil atau penyakit berat yang pernah dialami sebelumnya oleh si kecil. Bisa saja informasi itu berkaitan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. Pada kasus infeksi, Dokter biasanya akan menanyakan riwayat keluhan serupa pada orang terdekat. Karena umumnya penyakit infeksi pada bayi/anak bisa didapat dari orang sekitar anak tersebut, apakah itu orang tua, keluarga, atau teman mainnya.
2. Jangan menakuti-nakuti anak dengan mengancamnya membawa ia ke dokter
Saat anak sakit atau tidak menurut, banyak orang tua menakut- nakuti anak bahwa bila anak nakal, akan disuntik oleh dokter. Cerita menakutkan ini seringkali menyebabkan paranoid bagi anak yang menyebabkan anak takut melihat manusia berjas putih.
Mulailah membiasakan mengenalkan anak pada sosok dokter, bahwa manusia berjas putih itu akan memeriksa dan memberi obat supaya anak cepat sembuh dan bisa bermain lagi, tanpa perlu menakut – nakuti secara berlebihan. Jangan sampai baru masuk ruang periksa anak sudah keburu menangis. Sekarang ini dokter anak banyak yang melepaskan jas putihnya dan bahkan memakai “hiasan” lucu agar tidak ditakuti oleh anak, jadikan dokter itu sebagai sahabat anak ya Mampaps.
3. Jangan malu untuk bertanya
Setelah dokter melakukan Tanya jawab / wawancara (disebut pula anamnesa), dokter akan melakukan “pembuktian” hasil wawancara tersebut, berupa pemeriksaan fisik. Dokter yang baik akan melakukan anamnesa yang tajam, dan ini sudah mengarahkan 80 % diagnosa sakit si kecil. Pemeriksaan fisik dimulai dari menimbang berat dan tinggi anak, tanda vital (tensi darah tidak selalu dilakukan, tergantung indikasi), pemeriksaan nadi, suhu dan rata- rata respirasi (kualitas dan kuantitas), lalu dilakukan pemeriksaan bagian tubuh mulai dari atas (kepala) sampai ke bawah.
Dokter biasanya akan memfokuskan pemeriksaan pada bagian tubuh yang dinilai “ bermasalah” (berdasar hasil wawancara), namun tidak menutup kemungkinan, bisa jadi dokter akan menemukan “kelainan” pada bagian tubuh yang tidak dikeluhkan. Setelah itu, bila diperlukan dokter akan meminta pemeriksaan penunjang (tidak selalu), untuk memastikan diagnosa atau menilai keparahan penyakit.
Nah, ada kalanya dokter menjelaskan pada orang tua diagnosa dalam bahasa awam agar dimengerti orang tua yang kurang paham tentang medis. Gangguan pencernaan dikatakan sebagai flu perut atau masuk angin, dan sebagainya. Namun celakanya, “ diagnosa bahasa awam” ini sifatnya lokal – hanya dimengerti oleh masyarakat atau mungkin hanya dokter itu sendiri yang tahu.
Agar Mampaps tahu lebih spesifik, tidak ada salahnya menanyakan diagnosa medis (yang sudah distandarisasi oleh kalangan medis). Sekarang ini secara internasional menggunakan ICD X, dimana istilah tersebut dipahami semua dokter sehingga tidak bias dalam memberikan diagnosa. Dokter dalam mendiagnosa, biasanya memiliki diagnosa penyakit yang gejalanya dapat menyerupai, disebut diagnosa banding. Diagnosa yang dipilih, tentunya adalah yang diagnosa yang gejalanya yang paling mirip dengan penyakit yang tengah dialami.
Baca Juga: Buat Orang Tua, Ini Pertolongan Pertama Untuk Bayi Yang Wajib Diketahui!
4. Pelajari lebih lanjut mengenai diagnosa dari dokter
Kenali gejala penyakit-penyakit umum yang biasa diderita si kecil seperti flu, batuk, diare. Di jaman now, Mampaps dapat dengan mudah membaca ulang perihal sakit si Kecil dengan mencari di internet diagnosa yang telah disebutkan oleh dokter, apakah gejalanya sama atau beda.
Bila Mama memiliki keraguan, tidak ada salahnya Mama berkonsultasi dengan dokter yang lain untuk minta pendapat kedua (second opinion). Namun jangan salah, tidak semua informasi yang didapat dari internet itu akurat, karena mekanisme dan gejala penyakit pada tiap – tiap orang gejalanya belum tentu pasti sama. Informasi ini bersifat tambahan agar Mampaps bisa mengetahui lebih jauh tentang penyakit si Kecil, tapi tentunya tidak bisa menggantikan pemeriksaan dokter ya Mampaps.
Baca Juga: Yuk, Tanya Seputar Kesehatan Si Kecil pada Dokter Apin
5. Tanyakan mengenai obat yang diberikan
Obat yang cocok untuk satu anak belum tentu cocok untuk anak yang lain
Nah, setelah diagnosa didapatkan, seorang dokter biasanya akan memberikan terapi. Terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Misalnya pasien yang alergi suatu obat, tentu akan diberikan obat jenis lain untuk penyakit yang sama. Karena itu pemilihan terapi atau jenis obat merupakan “skill (keahlian)” dan “art (seni)” seorang dokter. Belum lagi pada kondisi khusus seperti usia yang terlalu muda atau terlalu tua, kondisi hamil atau menyusui, gangguan fungsi organ tubuh, maka pemberian terapi dan dosis akan dipilih dengan mempertimbangkan RISK (resiko) dan BENEFIT (keuntungan).
Tidak semua anak sakit perlu diberi obat
Namun ada pula penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan obat, karena tuntutan pasien atau hal lainnya, dokter “terpaksa” memberikan obat, minimal vitamin agar pasien tidak “lari” atau pindah ke lain dokter. Ada pasien yang merasa kalo tidak disuntik, itu seolah tidak diobati!!! Paradigma seperti ini haruslah diubah. Penyakit yang bisa dicegah, itu jauh lebih baik daripada mengobati penyakit yang sudah timbul. Karena itu Pemberian Informasi dan Edukasi /KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) sebenarnya merupakan sarana promotif dan preventif yang jauh lebih baik daripada kuratif (pengobatan).
Hati-hati akan penggunaan antibiotik
Obat diperlukan sejauh memang guna obat itu sendiri, banyak penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan banyak obat. Namun karena keinginan “instan” pasien, dokter “terpaksa” memberikan pengobatan yang sebenarnya kurang perlu. Seperti halnya common cold, dimana cukup dengan obat – obat simptomatis (mengurangi gejala), karena penyebabnya virus dan tidak memerlukan antibiotik, orang tua “memaksa” dokter untuk meresepkan antibiotik yang sebenarnya kurang perlu. Akhirnya terjadi pengobatan yang “kurang “ perlu.
Dengan menganggap antibiotik sebagai solusi dari semua masalah. Dan terbukti belakangan ini, pemakaian yang “obral- obralan” antibiotik membuahkan strain bakteri yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri. Alhasil, antibiotik yang selama ini sering dipakai, akan tidak berguna menghadapi infeksi bakteri yang ringan.
Ada baiknya saat dokter memberikan obat, Mampaps tanyakan apakah fungsi obat tersebut, apakah ada cara tradisional atau tindakan Mampaps di rumah yang bisa membantu meringankan penyakit tersebut.
Baca Juga: Anak Demam? Jangan Langsung Panik Mams
6. Tanyakan mengenai jadwal kontrol ulang
Hal yang perlu ditanyakan sebelum Mampaps mengajak si Kecil pulang adalah jadwal kontrol ulang. Ada beberapa penyakit yang tidak memerlukan kontrol ulang bila dirasa setelah berobat gejala yang dirasakan membaik. Namun dalam hal penyakit yang perlu pemantauan lebih lanjut atau pasca suatu tindakan operatif, jadwal kontrol ulang sangat penting untuk menilai adanya perbaikan atau perburukan penyakit.
7. Tanyakan mengenai kemungkinan gejala kondisi berbahaya
Mampaps juga perlu menanyakan tanda bahaya bilamana anak sakit dengan diagnosa penyakit yang membahayakan si kecil. Misalnya, pasca benturan di kepala akibat kecelakaan lalu lintas, bisa saja saat berobat kondisinya sadar dan baik, namun karena terjadi perdarahan otak yang bersifat lambat, mengakibatkan adanya perubahan fungsi otak (otak terdesak oleh perdarahan yang ada), terjadi penurunan kesadaran, tanda- tanda tekanan tinggi intrakranial seperti nyeri kepala berat, mual atau muntah.
Hal yang menjadi kedaruratan di rumah wajib Mampaps ketahui supaya sebagai orang tua agar lebih “alert” atau waspada terhadap perkembangan penyakit atau masalah kesehatan yang dialami si kecil. Tanyakan mengenai kemungkinan gejala kondisi berbahaya kepada dokter. Sehingga saat pulang, bila gejala tersebut muncul, Mampaps bisa mengantisipasinya.
Baca Juga: Bingung Memilih Dokter Anak? Coba Deh Cari Lokasi Praktek Terdekat!
Nah, setelah penjelasan diatas, mudah – mudahan Mampaps lebih jelas dan sedikitnya lebih paham prosedur atau tatalaksana seorang dokter dalam memberikan pengobatan suatu penyakit. Selain untuk menghindari pengobatan yang tidak perlu alias mubazir, Mampaps juga bisa lebih mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.